Karena Hormon Pria, Aprilia Manganang Pernah Ditolak Ikut Kejuaraan Atletik Asia
MANADO, iNews.id - Aprilia Manganang ternyata pernah menggeluti atletik sebelum dia bersinar sebagai atlet bola voli. Bahkan, dia sempat diutus mengikuti kejuaran atletik pelajar Asia di Jepang.
Namun, Aprilia gagal berlaga di ajang tersebut karena saat menjalani tes, hormon testosteron atau hormon prianya lebih tinggi dari pada hormon wanita.
"Dari awal dia ikut kejuaraan pelajar asia di Jepang, cuma karena waktu tes gen, dia tidak bisa ikut kejuaraan atletik untuk perorangan, tapi kalau dia beregu sebenarnya boleh ikut, tapi karena dia perorangan secara otomatis karena hormon testosteron atau hormon laki-lakinya lebih tinggi dari pada hormon wanita, maka tidak diizinkan untuk tampil, waktu itu dia masih SMP," tutur Fredy H Kojongian kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (10/3/2021).

Padahal kata pelatih basket yang akrab disapa Lexi itu, Dessy Sumigar, sprinter nasional asal Sulut era 1980-an hingga awal 2000-an pernah kalah saat beradu lari dengan Aprilia.
"Aprilia sudah masuk finis, begitu dia menoleh ke belakang, Dessy baru memasuki garis finis," kata Lexi.
Memasuki masa SMA, dari Atletik dia beralih ke dua cabang olahraga, bola voli dan bola basket. Waktu ikut Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (Popwil) di Maluku, Aprilia mengikuti dua cabang olahraga tersebut. Begitu juga saat lolos mengikuti Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) Yogjakarta pada 2010 lalu, dia mengikuti dua cabang olahraga itu.
"2010 dia ikut seleksi DBL, seleksi basket untuk persiapan ke Amerika dia gagal karena waktu. Padahal dari semua panitia, dia sudah direkomendasikan untuk berangkat, cuma karena harus kelahiran Januari sementara dia kelahiran April," ujar Lexi.
Secara umum kata Lexi, Aprilia diterima sebagai siswa berprestasi di cabang olahraga bola voli, tetapi waktu beberapa kali latihan, dia lebih tertarik masuk ke cabang olahraga bola basket, Dari situlah Lexi mengaku mulai dekat dengan Aprilia.
Sejak menangani Aprilia, Lexi mengaku Aprilia waktu masih di bangku SMA itu tergolong feminin, belum ada kelihatan nyata kalau dia lebih ke laki-laki, bukan perempuan.
"Waktu saya kasih latihan, dia itu sering merengek, bahkan menangis. Dari cara berbicara memang masih nyata bahwa dia itu perempuan, cuma ya seiring waktu, dengan proses pelatihan, dengan cara pergaulan, kemungkinan besar itu juga bisa mengubah sifatnya itu jadi makin nampak sifat laki-lakinya," ujar Lexi.
"Kalau waktu SMA, bentuk badannya masih feminim, masih belum kelihatan dia itu laki-laki, cuma memang di saat main voli atau main basket, kelihatan sekali kalau dia itu sangat menonjol di antara yang lain," Lexi menjelaskan.
Editor: Abdul Haris