Kevin Diks Curhat! Kaget dengan Budaya Aneh di Bundesliga
MONCHENGLADBACH, iNews.id – Bek Timnas Indonesia Kevin Diks dibuat terheran-heran dengan salah satu tradisi unik di klub barunya, Borussia Monchengladbach. Pemain yang baru didatangkan dari FC Copenhagen secara gratis ini harus beradaptasi dengan budaya sepak bola Jerman yang ternyata cukup berbeda, khususnya soal Media Day Bundesliga.
Pemain berusia 28 tahun itu resmi menandatangani kontrak lima tahun hingga tahun 2030 bersama Gladbach. Sejak kedatangannya, Diks sudah tampil dalam tiga laga pramusim dan berhasil mencetak satu gol, menunjukkan awal yang cukup menjanjikan bersama Die Borussen.
Namun, bukan hanya atmosfer kompetisi yang mengejutkan mantan pemain Feyenoord itu, melainkan juga kegiatan Media Day yang wajib dijalani seluruh pemain Bundesliga menjelang musim baru.
“Di Denmark, biasanya saya menyelesaikan semuanya dalam waktu setengah jam. Di sini, usahanya jauh lebih besar,” ungkap Kevin Diks dikutip dari situs resmi klub.
Berbeda dengan pengalamannya di Denmark yang singkat dan sederhana, Media Day Bundesliga berlangsung hingga tiga jam, dan mencakup lebih dari sekadar pengambilan gambar.
Para pemain dibagi ke dalam kelompok kecil, lalu diminta menjalani berbagai aktivitas—mulai dari sesi foto resmi hingga tantangan ringan untuk konten digital Bundesliga.
Nama-nama pemain lama seperti Julian Weigl, Nico Elvedi, hingga Kevin Stöger tampak sudah terbiasa, sementara Diks terlihat masih dalam tahap menyesuaikan diri.
Pemain muda Gladbach lainnya, Jens Castrop, yang musim lalu bermain di Bundesliga 2 bersama Nurnberg, juga mengakui adanya perbedaan besar antara level satu dan dua.
“Ada juga Hari Media di divisi 2, tetapi dalam skala yang jauh lebih kecil,” ujar Castrop.
Kehadiran Kevin Diks di Bundesliga tak hanya menarik perhatian karena statusnya sebagai pemain Timnas Indonesia, tapi juga karena adaptasinya terhadap kultur baru di Jerman.
Tradisi dan profesionalisme tinggi Bundesliga menjadi tantangan tersendiri bagi sang pemain, yang terbiasa dengan ritme berbeda di Skandinavia.
Editor: Reynaldi Hermawan