Kisah Francesco Totti, Pilih Mati Jika Harus Tinggalkan AS Roma
ROMA, iNews.id - Francesco Totti dikenal sebagai sosok legendanya AS Roma. Dia mengakui lebih baik mati jika disuruh pisah dengan klub berjuluk I Giallorossi tersebut.
Totti adalah legenda hidup yang dimiliki AS Roma. Kariernya sebagai pesepak bola profesional dihabiskan untuk membela panji Giallorossi terhitung sejak 1993.
Sang Pangeran Ibu Kota sempat ingin merasakan pindah klub sepanjang kariernya. Namun, niat itu tak terlaksana karena rasa cinta kepada AS Roma melebihi segalanya.
Tidak hanya itu, Totti juga menyatakan jika sebenarnya tak rela meninggalkan Roma. Bahkan, dia menegaskan lebih baik mati, ketimbang harus berpisah dengan tim yang slealu dibanggakannya.
“Saya lebih memilih mati, ketimbang harus mengumumkan pergi dari Roma. Saya tak pernah membayangkan pergi dengan keinginan sendiri. Mereka sudah seperti keluarga,” kata Totti mengenang masa aktif sebagai pesepak bola, dikutip Football Italia, Rabu (5/7/2023).
Walau demikian, Totti menyadari jika dirinya tidak boleh egois. Dia menyadari usianya yang menua membuat kemampuannya juga menurun, sehingga mulai kehilangan tempat.
View this post on Instagram
![]()
Baca JugaWasit Anthony Taylor Diserang Fans AS Roma di Bandara: Dipukul hingga Dilempari Kursi
“Tidak mudah untuk meninggalkan Roma. Tetapi, saya memikirkannya selama beberapa bulan. Saya sudah tak punya kredibilitas dan tak menjadi bagian dari proyek. Saya hanya maskot dan itu tidak cukup. Saya menyadari jika hanya menjadi penghalang,” ujarnya.
“Karena saya juga tak diperkenankan mengutarakan opini. Saya tidak menjadi sumber saya. Kemungkinan, saya tidak siap dan mereka tak memberikan tempat. Ketika ada masalah, saya siap untuk menghadang,” tutur Totti.
Totti setelah gantung sepatu sempat menjabat sebagai direktur teknik AS Roma. Namun, dia memilih mundur pada 2019 karena memiliki hubungan buruk dengan pemilik AS Roma, James Pallotta. Kini dia sibuk dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan sepak bola bersama lembaga dan organisasi internasional, salah satunya UNICEF.
Editor: Dimas Wahyu Indrajaya