Kisah Natal Pahit Thomas Tuchel: Dipecat PSG Saat Malam Suci usai Final Liga Champions
LONDON, iNews.id – Thomas Tuchel mengenang Malam Natal 2020 sebagai momen paling pahit dalam karier kepelatihannya. Pasalnya, saat itu, bukannya kado indah yang dia terima, melainkan pemecatan Paris Saint-Germain (PSG).
Pelatih yang kini menangani Timnas Inggris itu ditunjuk PSG pada Mei 2018 dan menjalani periode penuh trofi selama dua setengah tahun di Paris. Di bawah arahannya, Les Parisiens meraih dua gelar Ligue 1, satu Coupe de France, dan satu Coupe de la Ligue, sekaligus tampil dominan di kompetisi domestik.
Puncak perjalanan Tuchel bersama PSG terjadi pada Liga Champions 2019-2020 ketika dia membawa klub ibu kota Prancis itu melaju ke final untuk pertama kalinya dalam sejarah. Namun, di partai puncak yang digelar di Lisbon, PSG harus mengakui keunggulan Bayern Munchen dengan skor 0-1 lewat gol Kingsley Coman.
Empat bulan setelah kekalahan di final tersebut, PSG justru mengambil keputusan mengejutkan dengan memecat Tuchel pada malam Natal. Saat keputusan itu diambil, PSG berada di peringkat ketiga klasemen Ligue 1 dan hanya terpaut satu poin dari Lille yang akhirnya menjadi juara.
Tuchel sempat mendapat kritik terkait pendekatan taktiknya di final Liga Champions, meski perjalanan tim menuju laga puncak dinilai sebagai pencapaian bersejarah.
“Kami gagal memenangkan Liga Champions hanya dengan selisih satu pertandingan,” kata Tuchel, dikutip dari talkSPORT, Kamis (25/12/2025).
Tuchel mengaku kecewa karena merasa performa tim tidak sepenuhnya mendapat pengakuan.
“Dan kami tidak pernah merasa kami berhasil meyakinkan orang-orang dan mereka mengakui performa kami. Kadang hal itu membuat kamu sedikit sedih atau marah,” lanjutnya.
Menurut Tuchel, ekspektasi di PSG berada pada level yang sangat tinggi dan tidak selalu diiringi apresiasi terhadap kerja tim di kompetisi domestik.
“Ekspektasi di sini sangat ekstrem. Kamu merasa apresiasi terhadap apa yang kami lakukan, terutama di liga, tidak ada seperti di Bayern Munchen,” ujarnya.
Natal pahit tersebut kemudian menjadi penanda berakhirnya era Tuchel di Paris, meski jejak prestasi dan sejarah final Liga Champions tetap melekat pada namanya.
Editor: Abdul Haris