Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Napoli Hajar AC Milan, Lolos ke Final Supercoppa Italia 
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Pilu Marco Van Basten, Harus Merangkak dari Tempat Tidur ke Kamar Mandi

Kamis, 05 November 2020 - 14:14:00 WIB
Kisah Pilu Marco Van Basten, Harus Merangkak dari Tempat Tidur ke Kamar Mandi
Marco van Basten (Foto: Twitter)
Advertisement . Scroll to see content

UTRECHT, iNews.id – Marco van Basten dikenal sebagai salah satu pesepak bola terhebat sepanjang masa. Sayangnya pria asal Belanda tersebut harus pensiun di usia 31 tahun karena cedera parah yang sulit disembuhkan.

Van Basten mengalami masalah di bagian pergelangan kaki. Sepanjang kariernya, dia sudah tiga kali bolak-balik naik meja operasi. Karena tak kunjung pulih, Van Basten akhirnya gantung sepatu di akhir musim 1994/1995.

Dalam bukunya yang berjudul ‘Enough. My life. My truth’, Van Basten menceritakan kisah pilunya ketika menderita cedera. Dia mengaku sangat kesakitan sehingga sulit bergerak.

“Saat itu tengah malam tahun 1994. Saya ingat harus merangkak dari tempat tidur ke kamar mandi. Saya menghitung detik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses merangkak itu sambil mengalihkan perhatian dari rasa sakit,” ujar Van Basten dikutip dari Marca, Kamis (5/11/2020).

“Bagi saya, ambang pintu menjadi area yang paling buruk. Sebab saya harus melewatinya tanpa membuat pergelangan kaki terbentur. Sentuhan sekecil apapun membuat saya menggigit bibir agar tidak berteriak. Saya tidak pernah merangkak lebih cepat dari 120 detik,” tuturnya.

Sepanjang kariernya, Van Basten meraih banyak kesuksesan. Sejarah mencatat, dia membawa Ajax Amsterdam juara Piala Winners 1987. Kemudian ada dua trofi Liga Champions yang dipersembahkannya untuk AC Milan periode 1989 dan 1990.

Kehebatannya juga diperlihatkan di Timnas Belanda. Van Basten turut membawa negaranya menjuarai Euro 1988. Berkat prestasi gemilangnya, dia dianugerahi Ballon d'or pada 1988, 1989, dan 1992.

Tapi di balik itu, Van Basten sering menahan sakit ketika bermain. Hal tersebut mulai dirasakannya pada 1986.

“Dalam lima tahun di pengujung karier, saya pincang setelah menjalani semua operasi. Saya tidak dapat melakukan apa pun tanpa rasa sakit. Dokter mengatakan mereka tidak bisa membantu. Saya menjadi takut,” ucap Van Basten.

“Cedera pertama saya terjadi pada Desember 1986 dan itu tidak pernah pulih. Saya merasa ada sesuatu yang tidak benar. Namun saya membuat kesepakatan dengan Johan Cruyff (pelatih Ajax). Dia mengatakan saya boleh absen latihan dan tidak bermain di beberapa kompetisi. Tetapi saya harus tersedia untuk kejuaraan Eropa apa pun yang terjadi,” tuturnya.

Berkat kegigihannya, Van Basten akhirnya diakui sebagai salah satu striker terbaik sepanjang massa. Setelah pensiun, dia sempat melatih Timnas Belanda, Ajax, Heerenveen, dan AZ Alkmaar.

Editor: Bagusthira Evan Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut