Mengenal Quinn, Transgender Pertama yang Raih Medali Emas Olimpiade

TOKYO, iNews.id - Pemain Timnas Sepak Bola Putri Kanada Quinn mengukir tinta emas dalam perjalanan kariernya. Dia tercatat sebagai transgender pertama yang berhasil meraih medali emas Olimpiade.

Pemain yang berposisi sebagai bek atau gelandang itu membawa Kanada mengalahkan Swedia pada partai final sepak bola putri. Duel berlangsung di Stadion Internasional Yokohama, Jumat (6/8/2021) malam WIB.

Baca Juga

Asnawi Mangkualam: Kualitas Pemain Timnas Indonesia Belum Cukup untuk Main di Piala Dunia 2026!

Di laga tersebut Quinn dipercaya main sebagai starter sebelum akhirnya ditarik di pertengahan babak. Kanada memenangkan laga 3-2 via adu penalti setelah bermain imbang 1-1 hingga babak tambahan.

Baca Juga

Aguero Murka ke Barcelona! Ingin Hengkang Susul Messi, Memang Bisa?

Usai laga Quinn mencurahkan kebahagiannya di media sosial. Dia memamerkan fotonya di Instagram yang sedang tersenyum sambil mengalungkan medali emas.

"Juara Olimpiade! Apakah itu benar-benar terjadi begitu saja?!?" tulis pemain Klub OL Reign itu di akun @tehquinny5.

Baca Juga

Cara Lionel Messi Habiskan Gaji dari Barcelona: Rumah Rp110 M dan Jet Pribadi

Quinn bukan satu-satunya transgender yang beraksi di Olimpiade Tokyo 2020. Selain dirinya ada pula atlet angkat besi asal Selandia Baru, Laurel Hubbard, dan pemain skateboard asal Amerika Serikat, Alana Smith.

Baca Juga

Gerard Pique Kirim Salam Perpisahan ke Lionel Messi, Bawa-Bawa Roma

Namun cuma Quinn yang berhasil membawa pulang medali ke negara asalnya. Sebab Hubbard dan Alana gagal berbicara banyak.

Baca Juga

5 Rival Lionel Messi yang Bisa Jadi Rekan, Nomor 3 Niat Setop La Pulga Pakai Pistol

Sebelumnya Quinn juga membawa Kanada meraih medali perunggu di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Dia juga menjadi bagian skuat timnas di Piala Dunia Wanita 2019.

Atlet transgender telah diperbolehkan beraksi di Olimpiade sejak periode 2004 di Athena. Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah melakukan perubahan aturan pada 2015 sehingga memungkinkan atlet yang beralih dari pria ke wanita ikut berkompetisi tanpa perlu melakukan operasi pada alat reproduksi mereka.

Editor: Reynaldi Hermawan