Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Messi Ungkap Pembicaraan Rahasia dengan Scaloni: Bawa-Bawa Timnas Argentina dan Piala Dunia 2026
Advertisement . Scroll to see content

Orang Argentina Terjebak Antara Cinta dan Cibiran terhadap Maradona

Sabtu, 30 Juni 2018 - 11:47:00 WIB
Orang Argentina Terjebak Antara Cinta dan Cibiran terhadap Maradona
Diego Armando Maradona bereaksi saat menyaksikan laga Argentina pada Piala Dunia 2018. (Foto: complex.com)
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id – Pesepak bola legendaris Argentina Diego Armando Maradona adalah sosok idola yang kontroversial. Oleh orang Argentina dan sebagian penduduk Bumi lainnya, dia dipuja bagai dewa atas pesonanya membawa tim Tango juara Piala Dunia 1986.

Namun, kehidupannya yang berlebihan dan perilaku buruk telah memecah pandangan publik terhadapnya. Bukan lagi memuji, melainkan mencibir.

Foto mantan bintang Napoli berusia 57 tahun itu terpajang pada banyak berita utama di Rusia karena ulahnya tertangkap kamera mengacungkan dua jari tengah ke arah fans saat Argentina menang 2-1 atas Nigeria dalam laga terakhir mereka di fase grup Piala Dunia 2018.

“Dia pikir cinta yang begitu besar pada dirinya membuat publik akan melihat ke arah lain saat dia berperilaku buruk,” kata pengusaha berusia 55 tahun, Bruno Sollner, dikutip AFP.

Pria 56 tahun, Daniel Carballo, setuju bahwa Maradona bukan contoh yang baik. “Paling tidak untuk saya dan sebagian besar teman-teman saya dan keluarga saya, tidak dia bukan contoh. Ada hal-hal yang tidak bisa diterima, tapi yah, dia seperti itu, ujar Carballo.

Orang Amerika Selatan lainnya cenderung menganggap orang Argentina sombong, dan keangkuhan Maradona memengaruhi performa buruk tim Tango di Rusia.  “Dia sombong, dia keluar dari kendali karena kesombongan,” kata Sollner.

Maradona mendapat pujian atas golnya melawan Inggris di Piala Dunia 1986, gol kedua yang dicetak dengan tangannya. Dia menyebutnya sebagai “Tangan Tuhan”. Kemudian, satu gol lainnya setelah dia melewati lima pemain Inggris juga masih terus dikenang.

Di Buenos Aires di hari kemenangan itu tercipta, Maradona menjadi dewa. Hampir seolah-olah dia telah membalas kekalahan menyakitkan Argentina dalam Perang Falklands melawan Inggris empat tahun sebelumnya.

Alhasil, pesonanya di laga itu membuat Maradona terus jadi idola meski dia bersikap kurang sopan, tak karismatik dan provokatif. Bahkan generasi yang terlalu muda untuk melihatnya bermain, ikutan memujanya.

Paula Garcia Paz yang kini berprofesi sebagai guru, masih berusia enam tahun ketika Maradona mengangkat Piala Dunia pada 1986.

“Saya tidak akan pernah melupakannya, gol melawan Inggris itu adalah sesuatu yang sangat mengesankan bagi Argentina,” katanya.

“Kami mencintainya karena dia telah membela timnas dengan sekuat tenang, karena di lapangan dia tidak pernah menyerah, dan Anda dapat melihat betapa kekalahan menyakitinya. Itu pengabdian untuk penggemar sepak bola, dan sangat penting,” ucap Sollner.

Dan terbukti pesona Maradona tak pernah lekang dimakan jaman. Di Rusia dia kembali membuat kehebohan saat dia dibawa keluar stadion menuju rumah sakit untuk mendapatkan perawatan karena masalah kesehatan.

“Di Rusia dia menyebabkan kehebohan, dia adalah seorang pria yang pensiun beberapa dekade lalu dan yang memenangkan sesuatu 30 tahun yang lalu. Tetapi jika dia bersin, kita semua gelisah, menunggu. Itu unik. Itu Maradona,” kata Sollner.

Mereka yang tahu Maradona mendeskripsikan bahwa sang bintang itu memiliki kepribadian yang meledak-ledak sembari menjaga kakinya di tanah, meskipun telah mencapai ketinggian dalam prestasi.

“Diego adalah seorang anak di daerah kumuh, dengan layang-layang, di mana dia menulis nama Maradona. Dia mulai berlari dan layang-layang terbang, tetapi dia tetap di tanah," tulis Guillermo Blanco dalam biografi Maradona.

“Maradona sama seperti orang lain, memiliki kebaikan, keburukan, ego, solidaritas. Tetapi ketika dia melakukan sesuatu, dia tidak seperti orang lain yang dianggap seimbang,” ujar Blanco.

Terjerat kasus doping pada Piala Dunia 1994 membuatnya menjadi figur yang dikasihani banyak orang Argentina, terutama kelas menengah. Namun, mereka masih mencemoohnya karena memamerkan persahabatannya dengan pemimpin kiri Fidel Castro dan Hugo Chavez.

Maradona menegaskan dia tidak lagi mengambil kokain, kebiasaan yang dimulai pada masa kejayaannya dengan Napoli, tetapi perilakunya selama pertandingan Argentina kontra Nigeria di Rusia telah menimbulkan kekhawatiran.

"Dia perlu terus mendapatkan perhatian seperti di masa lalu, tetapi dengan memberikan contoh yang lebih buruk. Dia adalah ikon waktu lain, tetapi dia menghapus semua kemuliaan dengan perilakunya: obat-obatan, alkohol dan ketenaran pergi ke kepalanya,” kata Laura Orsi, analis sistem berusia 56 tahun.

Ada perbandingan yang tak terelakkan antara Maradona dan Lionel Messi. Tetapi sebelum Messi memenangkan Piala Dunia, Maradona tetap menjadi yang paling banyak dipuja bagi sebagian besar orang Argentina.

“Messi adalah sebuah fenomena, tetapi dunia sepak bola, sampai sekarang, belum melihat dia sebagai pemain seperti Maradona,” kata Claudia Caniggia, mantan rekan setim Maradona, baru-baru ini.

Pemain kontemporer lainnya, Julio Olarticoechea, setuju, “Melihatnya, tidak hanya dalam permainan, tetapi dalam pelatihan, adalah sesuatu yang lain. Diego adalah sihir. Itulah kata-katanya.”

“Messi masih belum berhasil memberi kami kebahagiaan yang dilakukan Diego. Dia pikir dia adalah dewa dan manusia,” kata Garcia Paz, seorang guru.

Editor: Abdul Haris

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut