Pelatih PSBS Biak Kritik Wasit Jepang usai Dibantai Arema FC, Bingung VAR Tak Digunakan
MALANG, iNews.id – Putaran pertama Super League 2025-2026 jadi viral bukan hanya karena skor besar 4-1 kemenangan Arema FC atas PSNS Biak, tetapi juga kepemimpinan wasit asing, Yudai Yamamoto, yang dinilai kontroversial. Pertandingan melawan Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Senin (11/8/2025) sore WIB ternyata menyisakan protes tajam kubu PSBS Biak, bukan dari performa pemain, melainkan dari kehadiran wasit Jepang di tengah panasnya duel.
Pada laga tersebut, Arema unggul berkat penalti Dalberto Luan Belo menit ke-17 setelah pelanggaran terhadap Ian Lucas Puleio. Namun keputusan tersebut memicu kritik dari pelatih PSBS Biak, Divaldo Alves, karena tidak adanya peninjauan kembali melalui VAR.
“Ada beberapa situasi yang… ini pertama kali saya lihat yang tidak kita cek VAR,” ungkap Divaldo Alves usai laga, menyiratkan ada keputusan krusial yang menurutnya seharusnya bisa diperbaiki jika ada video review.
Lebih lanjut, kejadian gol ketiga juga dikritik karena adanya indikasi offside. Meski tidak meyakini secara pasti, Alves menilai seharusnya wasit dan asistennya bisa melakukan verifikasi lebih baik lewat teknologi yang ada.
Alvin Alom, pemain PSBS Biak, menambahkan hasil tersebut mengganggu mental tim.
“Keputusan wasit… buat kita mental sedikit down,” katanya, menegaskan kesalahan wasit berdampak nyata kepada performa.
Namun keputusan itu tidak seluruhnya membenarkan hasil laga. Arema tetap tampil tajam, dengan Dalberto mencetak hattrick pada menit 17, 68, dan 80. Sementara Valdeci menambah gol di menit 62. PSBS pun hanya mampu memperkecil skor lewat penalti Luquinhas pada menit ke-97.
Kritik terhadap wasit asing bukan fenomena baru di sepak bola Indonesia. Di masa lalu, PSSI pernah sempat menerapkan penggunaan wasit asing, termasuk Jepang—yang bisa jadi terhubung dengan polemik di laga ini.
Tak hanya pelatih dan pemain, netizen pun ramai menyoroti keputusan wasit. Beberapa pengamat di media sosial menyebut tiadanya intervensi VAR pada momen krusial memperkuat kesan kontroversial yang mengundang banyak tanda tanya.
Editor: Abdul Haris