Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Harga yang Harus Dibayar AC Milan untuk Boyong Jay Idzes dari Sassuolo, Tembus Rp200 Miliar?
Advertisement . Scroll to see content

Pengamat Asing Sebut Pergantian STY ke Kluivert Penyebab Kegagalan Indonesia ke Piala Dunia 2026

Senin, 13 Oktober 2025 - 12:07:00 WIB
Pengamat Asing Sebut Pergantian STY ke Kluivert Penyebab Kegagalan Indonesia ke Piala Dunia 2026
Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026. (Foto: PSSI)
Advertisement . Scroll to see content

KUALA LUMPUR, iNews.id – Pengamat asing menilai keputusan PSSI mengganti Shin Tae-yong (STY) dengan Patrick Kluivert menjadi salah satu faktor utama di balik kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Pemikiran itu diucapkan pundit sepak bola asal Malaysia, Keesh Sundaresan, yang menilai Menurutnya, langkah tersebut mengganggu konsistensi proyek jangka panjang yang sudah dibangun dengan baik sejak era STY.

Seperti diketahui, perjalanan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia harus berakhir dengan kekecewaan. Skuad Garuda menutup laga Grup B babak keempat dengan dua kekalahan, yakni 2-3 dari Arab Saudi dan 0-1 dari Irak, yang berlangsung di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Minggu (12/10/2025) dini hari WIB.

Hasil itu membuat Indonesia finis sebagai juru kunci tanpa satu pun poin. Padahal, Indonesia merupakan satu-satunya wakil Asia Tenggara yang berhasil menembus babak keempat, sebuah pencapaian yang sebelumnya belum pernah terjadi dalam sejarah sepak bola nasional.

Namun, langkah besar itu justru berhenti di tangan pelatih baru. Dalam analisisnya di akun X (Twitter), Keesh menyebut kegagalan Indonesia bukan hanya soal taktik atau kesalahan individu, melainkan karena hilangnya kesinambungan program setelah pergantian pelatih.

“Mimpi Piala Dunia bagi Indonesia resmi berakhir. Sebuah proses yang dimulai dua tahun lalu, kini harus berakhir dengan patah hati malam ini,” tulis Keesh, Minggu (12/10/2025).

Pengamat asal Malaysia itu menyayangkan keputusan PSSI mencopot STY yang telah membawa Timnas Indonesia melangkah jauh sejak babak pertama. Menurutnya, mengganti pelatih di tengah momentum kebangkitan justru menciptakan ketidakstabilan dalam sistem permainan.

“Akan mudah menyalahkan kesalahan individu atau kondisi emosional para pemain hari ini. Namun, ada pertanyaan yang jauh lebih besar untuk diajukan,” ujarnya.

Dalam utas panjangnya, Keesh melontarkan kritik tajam kepada PSSI. “Apakah melepas STY merupakan keputusan yang tepat? Apakah bijak merombak proyek yang sudah berjalan? Sekalipun itu keputusan yang benar, apakah Patrick Kluivert sosok yang tepat?” tulisnya.

Keesh juga mempertanyakan pemahaman Kluivert terhadap karakter sepak bola Asia yang sangat berbeda dengan Eropa. 

“Apakah dia memiliki rekam jejak yang diperlukan? Apakah staf kepelatihannya benar-benar memahami sepak bola Asia? Apakah skema yang diterapkan mampu memaksimalkan potensi para pemain lokal?” lanjutnya.

Lebih lanjut, Keesh menegaskan bahwa kegagalan Indonesia harus dijadikan pelajaran penting bagi PSSI dalam merancang proyek jangka panjang. Dia menilai keberhasilan tidak bisa diraih hanya dengan pergantian nama besar, melainkan dengan kesinambungan program dan kepercayaan pada proses.

“Keputusan besar seperti ini seharusnya tidak diambil hanya demi citra atau kepopuleran. Indonesia sudah berada di jalur yang benar, tapi kini harus memulai lagi dari awal,” tulisnya menambahkan.

Meski memberikan kritik pedas, Keesh tetap menaruh rasa hormat pada perjuangan Timnas Indonesia. Menurutnya, pencapaian Garuda menembus babak keempat merupakan prestasi luar biasa bagi tim Asia Tenggara. 

“Untuk saat ini, mari kita merangkul rasa sakit ini. Karena inilah jenis patah hati yang tidak banyak dialami oleh kita di Asia Tenggara,” kata dia.

Keesh menutup komentarnya dengan apresiasi tulus kepada para pemain dan suporter Indonesia yang tak berhenti memberikan dukungan. “Perjalanan tim ini luar biasa untuk diikuti. Terima kasih telah mengizinkan kami semua menjadi bagian darinya,” pungkasnya.

Kritik dari Keesh Sundaresan memperlihatkan pandangan objektif dari luar Indonesia bahwa masalah terbesar Garuda bukan pada semangat atau kemampuan pemain, melainkan pada arah kebijakan yang berubah di tengah jalan. Pergantian pelatih di saat momentum membaik justru membuat fondasi yang telah dibangun bertahun-tahun runtuh sebelum mencapai puncaknya.

Kini, PSSI diharapkan dapat menjadikan evaluasi ini sebagai refleksi. Sebab, kegagalan menuju Piala Dunia 2026 seharusnya bukan menjadi akhir, melainkan awal dari restrukturisasi yang lebih matang agar mimpi besar Indonesia tampil di panggung dunia bisa benar-benar terwujud di masa depan.

Editor: Abdul Haris

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut