Presiden FIFA Gianni Infantino Didakwa Langgar Etika karena Dukung Donald Trump
MIAMI, iNews.id – Presiden FIFA Gianni Infantino menghadapi dakwaan serius usai diduga melanggar Pasal 15 Kode Etik FIFA karena dianggap menyuarakan dukungan politik kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam sebuah acara di Miami, Amerika Serikat.
Infantino mendapat sorotan tajam setelah tampil di American Business Forum pada Rabu (5/11/2025) lalu, di mana Trump turut hadir sebagai tamu kehormatan. Dalam forum tersebut, Infantino secara terbuka memuji Trump, yang dinilai bertentangan dengan prinsip netralitas politik yang wajib dijaga oleh pejabat FIFA.
“Kami mempunyai hubungan yang baik. Saya amat beruntung memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Presiden Trump, di mana saya menganggapnya sebagai sahabat karib. Sudah tentu, dia banyak membantu dalam segala yang kami lakukan untuk Piala Dunia,” ujar Infantino dalam pidatonya, dikutip dari The Athletic, Rabu (12/11/2025).
Dia juga menambahkan, “Dia bertindak, dia melakukan apa yang dikatakannya. Dia mengatakan apa yang dipikirkannya. Dia sebenarnya menyuarakan apa yang juga dipikirkan banyak orang, tetapi mungkin tidak berani untuk diucapkan, dan itulah sebabnya dia begitu berhasil. Saya kadang terkejut ketika membaca komentar negatif tentangnya.”
Infantino melanjutkan dengan menegaskan penghormatannya terhadap sistem demokrasi di Amerika Serikat. “Saya bukan orang Amerika, tetapi setahu saya, Presiden Trump terpilih secara sah di Amerika Serikat. Ketika berada dalam sistem demokrasi yang besar seperti Amerika, seharusnya kita menghormati hasil pemilu, bukan?” katanya.
Dia pun menutup pernyataannya dengan kalimat yang menuai kritik luas. “Dia hanya melakukan apa yang dia katakan akan dilakukan. Jadi saya pikir kita semua harus mendukung apa yang dia lakukan, karena saya rasa hal itu terlihat sangat baik,” tambahnya.
Komentar Infantino tersebut memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Miguel Maduro, mantan Ketua Komite Tata Kelola FIFA periode 2016–2017, menilai pernyataan Infantino sebagai pelanggaran nyata terhadap prinsip netralitas politik yang diatur dalam Kode Etik FIFA.
“Sebuah perdebatan mungkin bisa terjadi mengenai sejauh mana kewajiban itu berlaku jika seorang pejabat FIFA bertindak dalam kapasitas pribadi,” ujar Maduro kepada The Athletic.
“Namun, itu jelas bukan yang terjadi dalam kasus ini. Pernyataan tersebut dibuat dalam kapasitasnya sebagai Presiden FIFA di acara yang dia hadiri secara resmi.”
Menurut Maduro, bagian terakhir dari pidato Infantino lebih dari sekadar mengakui legitimasi Presiden Trump — pernyataannya mendukung program politik Trump dan menyerukan agar orang lain juga mendukungnya.
“Untuk tetap netral secara politik, seseorang tidak boleh mengambil posisi dalam perdebatan politik, apalagi menyatakan bahwa semua orang harus mendukung kebijakan Presiden Trump. Melakukan hal itu jelas melanggar kewajiban netralitas politik yang diatur dalam Pasal 15 Kode Etik FIFA,” tegasnya.
Hingga saat ini, FIFA belum memberikan komentar resmi mengenai dugaan pelanggaran tersebut. Namun, jika terbukti bersalah, Infantino bisa menghadapi penyelidikan resmi dari Komite Etika FIFA, lembaga internal yang berwenang menyelidiki dan menilai perilaku pejabat yang terikat oleh Kode Etik organisasi tertinggi sepak bola dunia itu.
Kasus ini menjadi pukulan baru bagi reputasi FIFA yang selama beberapa tahun terakhir berusaha memulihkan citra setelah serangkaian skandal etika dan korupsi. Kontroversi Infantino kembali menimbulkan pertanyaan besar tentang batas antara peran publik pejabat FIFA dan kepentingan politik pribadi.
Editor: Abdul Haris