Profil Gabriel Batistuta: Legenda Timnas Argentina yang Benci Sepak Bola
BUENOS AIRES, iNews.id - Legenda Timnas Argentina, Gabriel Omar Batistuta namanya berjaya di dunia sepak bola pada 1990-an hingga awal 2000-an. Menariknya, dia tidak mencintai olahraga yang membesarkan namanya tersebut.
Gabriel Omar Batistuta lahir di Avellaneda, Argentina pada 1 Februari 1969. Sosok yang mempunyai julukan Batigol saat aktif bermain ini pernah membawa Timnas Argentina menjuarai Copa America pada 1991 dan 1993.
Di level klub, Batistuta tercatat pernah membela kontestan Liga Italia, Fiorentina selama sembilan musim. Di Fiorentina inilah namanya melegenda karena dia sanggup mencetak lebih dari 200 gol.
Saking dipujanya, fans Fiorentina pernah mendirikan patung perunggu Batistuta pada 1996. Karya seni tersebut dibuat karena Batistuta tetap bersetia pada Fiorentina meski harus main di Serie B pada musim 1993/1994.
Batistuta rajin mencetak gol sehingga Fiorentina bisa kembali lagi ke Serie A. Berkat ketajamannya, La Viola bahkan sanggup bersaing dengan tim papan atas Liga Italia.
Tak heran, pada masa itu Fiorentina yang diperkuat Batistuta tergabung dalam tujuh klub jagoan Serie A. Fiorentina bersama Juventus, AC Milan, Inter Milan, AS Roma, Lazio dan Parma, lebih mudah dikenal dengan sebutan Il Sette Magnifico atau Tujuh Keajaiban.
Kesetiaan Batistuta diuji pada akhir 2000-an. Kesulitan menjuarai liga, dia diiming-imingi bergabung oleh sejumlah klub raksasa yakni Real Madrid dan Manchester United. Namun, Batistuta lebih memilih AS Roma pada 2000.

Baru semusim bergabung, Batistuta langsung menjadi tumpuan AS Roma di lini depan. Hasilnya manis, karena klub Ibu Kota Italia itu sanggup menjuarai Liga Italia Serie A musim 2000/2001.
Di AS Roma, Batistuta tetap tampil tajam. Dia mampu menghasilkan 33 gol dari 87 penampilan di segala ajang. Kemudian pada 2003, Batistuta dilepas ke Inter Milan dengan status pinjaman. Namun ketika di Inter Milan, perjalanannya tidak mulus. Dia hanya mampu mencetak 2 gol dari 12 laga.
Batistuta kemudian dilepas ke Tim Qatar Al-Arabi. Dia tampil 20 kali dan mencetak 26 gol.
Akhirnya pada 2005, dia pun memutuskan pensiun. Pascapensiun, nama Batistuta tetap mengundang perhatian terutama soal pengakuannya tentang kariernya di sepak bola. Dia mengaku tidak benar-benar mencintai olahraga yang membesarkan namanya tersebut.
????| Batistuta - Roma 2000 pic.twitter.com/raL0zMbgQk
— HQ PHOTOS | ???????? (@ARG_HQ) November 4, 2021
"Saya tak menyukai sepak bola, ini hanyalah profesi saya," kata Batistuta saat diwawancarai TV Argentina.
Hal itu dibenarkan oleh Alessandro Rialti, penulis biografi Batistuta. Menurut keterangannya, Batistuta pernah mengatakan hal serupa padanya pada 1999.
"Hal terpenting pada Batistuta adalah dia tidak seperti pemain lain. Dia seorang profesional yang tak menyukai sepak bola," ujar Rialti dikutip dari GiveMeSport.
"Ketika pergi dari stadion, dia tidak ingin ada sepak bola di dalam hidupnya. Dia sangat sensitif dan pintar. Ketika kami mengerjakan buku, dia datang ke kantor saya dan selama lima hari membicarakan mengenai keluarganya dan kehidupannya di Argentina," terang Rialti lagi.
"Namun, ketika membicarakan sepak bola dan kariernya, dia kurang antusias. 'Rekornya jelas di sana', kata dia, 'kau bisa lihat sendiri'," tuturnya.
Dibandingkan dengan sepak bola, Batistuta lebih menyukai olahraga lain. Salah satu yang digelutinya adalah polo.
"Saya penasaran apakah bisa melakukannya (polo). Saya coba, dan akhirnya menyukainya. Ini adalah hobi, tapi saya selalu berkembang sesuai standar karena semakin baik saya bermain, semakin mengasyikkan," ucap Batistuta dikutip dari FourFourTwo.

Batistuta pensiun pada 2005. Pria yang kini berusia 52 tahun ini hidup bahagia bersama sang istri Irina Fernandez dan empat orang anaknya.
Meski tidak benar-benar menyukai sepak bola, Batistuta tak sepenuhnya melupakan olahraga yang pernah digelutinya ini. Buktinya dia cukup rajin memosting soal kenangan dia saat masih menjadi pemain dan turut merayakan kegembiraan ketika kompatriotnya meraih juara.
Editor: Dimas Wahyu Indrajaya