Profil Singkat 3 Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia, Ada yang Berdarah Solo
JAKARTA, iNews.id – Profil singkat 3 calon pemain naturalisasi Timnas Indonesia menarik diulas. Mereka disebut-sebut segera berkostum Garuda di dada.
Sejauh ini Timnas Indonesia lebih sering menaturalisasi pemain bertahan. Sebut saja seperti Elkan Baggott, Jordi Amat, Sandy Walsh hingga Shayne Pattynama.
Kini Ketua Umum PSSI Erick Thohir ingin berencana untuk memperkuat Timnas Indonesia dengan mendatangkan gelandang dan penyerang. Tiga nama muncul ke permukaan yaitu Ilias Alhaft, Thom Haye dan Delano Ladan. Bagaimana profil mereka?
1. Ilias Alhaft (gelandang)

Ilias Alhaft yang kini memperkuat Klub Armenia Noah FC lahir di Rotterdam, Belanda, pada 23 Februari 1997. Dia kini berusia 26 tahun.
Menurut berbagai sumber, Alhaft memiliki darah Maroko dari kedua orang tuanya. Jika ditelisik lebih lanjut, orang tua Alhaft ternyata memiliki darah Indonesia.
Alhaft memulai kariernya di klub lokal RVVH pada tahun 2005. Pada tahun 2008, dia bergabung akademi Sparta Rotterdam.
Alhaft berhasil debut bersama Sparta Rotterdam pada tahun 2016 saat timnya menghadapi FC Dordrecht. Setelah debut, Alhaft bermain di tim muda Sparta Rotterdam di kasta kedua hingga tahun 2019.
Sparta Rotterdam mengakhiri kontrak Alhaft pada tahun 2019. Alhaft kemudian bergabung Almere City. Selepas dari Almere City, Alhaft berlabuh ke tim Noah FC di Liga Armenia pada musim ini.
Ilias Alhaft memiliki pengalaman bermain di Timnas Belanda U-20 dan U-18. Namun dirinya belum pernah dipanggil ke Timnas Senior.
2. Delano Ladan (striker)

Saat ini Ladan membela Klub divisi kedua Liga Belanda, TOP Oss.
Ladan lahir di Leiderdorp, Belanda, pada tahun 2000. Dia diketahui memiliki darah keturunan Indonesia dari sang kakek yang berasal dari Jawa.
Delano memulai karier sepak bolanya di akademi Feyenoord pada tahun 2006. Setelah itu,dia pernah bermain untuk Haaglandia (2012-2013) dan ADO Den Haag (2013-2017).
Pada tahun 2017, Delano memulai karier profesionalnya bersama ADO Den Haag. Namun, dia hanya bermain empat kali tanpa mencetak gol.
Pada tahun 2018, Delano dipinjamkan ke TOP Oss. Dia kemudian bermain untuk SC Cambuur secara gratis pada tahun 2019-2021.
Selama bermain untuk SC Cambuur, Delano tampil 26 kali dan mencetak empat gol serta dua assist. Kontraknya berakhir pada tahun 2021, dan dia kembali ke Feyenoord untuk memperkuat tim U-21.
Pada tahun 2022, Delano direkrut secara permanen oleh TOP Oss. Dia pernah membela Timnas Belanda U-18, namun belum masuk skuad senior.
3. Thom Haye

Haye kini memperkuat klub kasta teratas Liga Belanda, FC Heerenven. Pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan ini lahir di Kota Amsterdam, Belanda pada 9 Februari 1995.
Menurut informasi FourFourTwo pada 2017, Haye mempunyai garis keturunan Indonesia. Sang kakek berasal dari Solo, Jawa Tengah. Sedangkan neneknya berasal dari Sulawesi Utara.
Menurut transfermarkt, Haye sempat menimba ilmu sepak bola di akademi AFC Amsterdam hingga tahun 2006. Setelah itu, dia pindah ke akademi AZ Alkmaar dan bermain sampai tahun 2012.
Di AZ Alkmaar, Haye tercatat sempat tampil di tim U-17, U-19, dan U-21. Penampilan terbaiknya saat membela AZ Alkmaar U-21. Di tim itu, dia mampu mencatatkan penampilan di 20 laga, mencetak lima gol, dan tiga assist.
Setelah itu, Haye diorbitkan ke tim senior AZ Alkmaar pada musim 2014/2015. Dari dua musim main di klub yang bermarkas di AFAS Stadion itu, dia berhasil membukukan 73 kali penampilan, mencetak dua gol, serta lima assist.
Di musim 2016/2017, AZ Alkmaar melepas Haye ke Willem II dengan status bebas transfer. Sebelum bermain di posisinya saat ini, yakni gelandang bertahan, dia di klub barunya itu sempat main di posisi penyerang sayap, dan gelandang serang.
Pencapaian terbaik Haye bersama Willem II, yaitu saat berhasil antarkan timnya melangkah hingga babak semifinal pada Piala Belanda. Di babak semifinal, mereka bertekuk lutut dari Feyenoord, 3-0.
Selain main di Belanda, tercatat Haye juga sempat merantau ke Italia dan main di Lecce. Di saat itu, pemain yang kini bernilai Rp43,45 miliar tersebut bergabung dengan status bebas transfer.
Namun sayang, kariernya di Italia harus selesai cepat. Jebolan akademi AFC Amsterdam itu diputus kontraknya oleh Lecce. Pemain yang baru tampil di 13 laga Serie B itu pun sempat berstatus pemain tanpa klub pada bursa transfer musim panas tersebut.
Tak berselang lama, Haye dikontrak oleh ADO Den Haag di awal musim 2019/2020. Bermain selama setengah musim di klub itu ia hanya tampil di 9 laga semua kompetisi. Di tengah-tengah kompetisi, ADO Den Haag meminjamkan jebolan akademi AZ Alkmaar itu ke NAC Breda.
Di klub dengan koleksi satu trofi Eredivisie Belanda inilah dia mulai bermain di posisi gelandang bertahan. Haye memiliki umpan yang cukup akurat.
Dari 69 laga yang dilakoni, dia mampu mencatatkan 16 assist di semua kompetisi. Setelah bermain di NAC Breda selama dua musim, akhirnya Haye dilepas ke Heerenveen pada bursa transfer musim dingin 2021/2022 dengan biaya mencapai 750 ribu euro atau Rp15,64 miliar.
Haye diikat kontrak oleh Heerenveen selama dua musim, pemain berdarah Belanda-Indonesia itu diberikan nomor punggung 33. Sejauh ini dia telah tampil di 62 laga, mencetak 3 gol, dan 10 assist di semua kompetisi.
Haye tercatat sempat memperkuat beberapa kelompok umur Timnas Belanda, seperti U-15, U-16, U-17, U-19, U-20, dan U-21.
Editor: Reynaldi Hermawan