PSSI Diserang karena Sebut JIS Belum Layak: Itu Mengada-ada
JAKARTA, iNews.id- PSSI membuat ramai jagad sepak bola Indonesia dengan menyebut Jakarta International Stadium (JIS) belum layak mengelar laga FIFA Matchday. Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali memberikan kritikan keras kepada PSSI.
Akmal Marhali mengatakan JIS merupakan stadion berstandar FIFA. Sebab, berbagai infrastrukturnya pastinya sesuai dengan standar agar bisa digunakan berbagai ajang internasional.
"PSSI ini menggada-ngada. JIS adalah stadion berstandar FIFA yang cukup layak menggelar laga internasional," ucap Akmal Marhali kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (9/9/2022).
Menurutnya, JIS sebenarnya tidak masuk rencana PSSI untuk menggelar FIFA matchday antara Timnas Indonesia melawan Curacao. Meskipun, sebelumnya PSSI menyebutkan JIS untuk laga itu pada 27 September 2022.
"Intinya PSSI saja tidak ingin menggunakan JIS. Mungkin itu sebagai alasan lain karena mahalnya biaya sewa JIS," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Proyek JIS, Iwan Takwin mengatakan pihaknya akan terus mendengarkan masukan PSSI soal persyaratan infrastruktur JIS. Dia pun memastikan JIS saat ini masih tahap verifikasi.
"Proses verifikasi masih sedang berproses. Jadi, apa yang menjadi masukan dari PSSI sedang kami proses dan akan dilakukan orang-orang tim proyek,” kata Iwan melalui pesan singkat kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (9/9/2022).
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Yunus Nusi mengatakan pihaknya telah melakukan uji kelayakan di JIS. Hasilnya, beberapa infrastruktur JIS dianggap belum layak untuk menggelar FIFA matchday.
Kondisi itu membuat PSSI berpikir ulang untuk menggunakan JIS. Oleh karena itu, Stadion Pakansari, Bogor dan Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi menjadi pilihan pengganti JIS.
Sebenarnya, JIS sudah digunakan dua untuk ajang internasional, yakni International Youth Championship (IYC yang melibatkan, Barcelona junior, Atletico Madrid Junior, Indonesia Allstar dan Bali United junior. Ajang kedua adalah laga Persija melawan Chonburi beberapa waktu lalu.
Editor: Ibnu Hariyanto