Roman Abramovich Didesak Tinggalkan Inggris akibat Invasi Rusia ke Ukraina, Gimana Nasib Chelsea?
LONDON, iNews.id- Tindakan invasi Rusia ke Ukraina berdampak pada dunia sepak bola. Terbaru, pengusaha asal Rusia pemilik Chelsea FC, Roman Abramovich didesak untuk meninggalkan Inggris.
Anggota Partai Buruh membacakan nama-nama yang sekiranya pantas diberikan sanksi terkait konflik Ukraina-Rusia. Abramovich menjadi salah satu dari orang yang disebut Partai Buruh..
Abramovich menjadi pemilik Chelsea sejak 2003. Dia telah memberikan 18 trofi utama, termasuk dua gelar Liga Champions dan 5 gelar Liga Inggris.
Abramovich menghasilkan miliaran dollar dalam sektor minyak dan dilaporkan dekat dengan Vladimir Putin. Dia juga menjadi jalan bagi banyak orang Rusia kaya yang pindah ke Inggris khususnya di London.
Konflik yang meningkat di Ukraina telah mengintensifkan pengawasan seputar kekayaan Abramovich dan hubungan dekatnya dengan Putin. Bulan lalu, The Athletic melaporkan Chelsea berutang kepada Abramovich setidaknya USD2 miliar, saat ini kekayaan bersih Abramovich adalah sekitar USD15 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Anggota parlemen dari Partai Buruh Chris Bryant memimpin tuntutan di dalam Parlemen untuk meminta Abramovich meninggalkan kediamannya di London Barat. Dia mengatakan memiliki akses ke dokumen dari 2019 yang menghubungkan Abramovich dengan 'aktivitas memfitnah' selama bisnis di House of Commons.
"Tentunya Tuan Abramovich seharusnya tidak lagi dapat memiliki klub sepak bola di negara ini? Tentunya kita harus melihat penyitaan beberapa asetnya dan memastikan bahwa orang lain yang memiliki visa tingkat 1 seperti ini tidak terlibat dalam aktivitas memfitnah di Inggris," kata Bryant dikutip dari The Guardian, Jumat (25/2/2021).
Chris Bryant mendesak pemerintah Boris Johnson untuk menyita aset Abramovich di Inggris, termasuk Chelsea dan perusahaan investasinya yang berbasis di London, Millhouse LLC. Bryant mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dokumen Home Office tentang Abramovich dari 2019 menunjukkan bahwa oligarki tidak boleh diizinkan tinggal di Inggris.
Editor: Ibnu Hariyanto