Seberapa Menjanjikan Bisnis Klub Sepak Bola? Bisa Banyak Ruginya
JAKARTA, iNews.id - Melihat sejumlah pengusaha dan artis berduyun-duyun membeli sebuah klub bola, maka pertanyaan yang muncul adalah seberapa menjanjikan bisnis klub sepak bola?
Sebagai olahraga yang paling populer di dunia, sepak bola juga menjadi lahan bisnis yang dianggap menjanjikan. Sepak bola telah menjadi salah satu industri yang dianggap paling menguntungkan dan kompetitif.
Benarkah demikian? Berikut ini adalah ulasannya yang dilansir iNews.id, Jumat (23/9/2022).
Berdasarkan laporan Deloitte Annual Review of Football Finance yang juga dikutip oleh BBC, keuntungan rerata tim-tim di Liga Premier Inggris nilainya tak lebih dari 4 persen dari total pendapatan kotor. Untuk divisi di bawahnya, tentu pendapatannya bisa dipastikan lebih sedikit.
Di Inggris sendiri, ada sindirannya tentang investasi atau membeli klub bola. Sindiran tersebut berbunyi: relatif mudah untuk mengambil 1 juta poundsterling dengan menjadi pemilik klub sepak bola, yang harus Anda lakukan adalah pertama-tama memasukkan 2 juta poundsterling.
Sindiran itu menyiratkan bahwa seseorang mesti siap uangnya hangus ketika membeli klub. Sebab, mereka bisa saja kehilangan sebagian besar hartanya ketika memutuskan untuk investasi ke klub sepak bola.
Sebagai contoh adalah Simon Jordan, yang pernah mengambil alih klub Crystal Palace dengan mengeluarkan 10 juta poundsterling atau Rp 191 miliar. Alih-alih untung, Simon justru merugi lantaran klub yang ia beli tak kunjung berkembang.
Oleh sebab itu, berbisnis di industri sepak bola harus benar-benar bisa memilih klub yang telah punya nama dan konsisten pendapatannya. Jika perlu, pilihlah klub yang finansialnya sangat baik.
Melansir dari Startingeleven, riset Mohamad D. Revindo di The Conversation diketahui bahw klub Indonesia rerata melakukan kegiatan ekonomi senilai Rp3 triliun setiap tahun. Pendapatan utama klub-klub tersebut berasal dari hak siar, sponsorship, merchandise, tiket, dan sumber uang komersial lainnya.
Namun, pendapatan tersebut bisa saja hanya separuhnya, yakini Rp 1,5 triliun. Untuk klub di kasta kedua, tentu saja pendapatannya lebih sedikit dari itu.
Pada intinya, keuntungan membeli sebuah klub itu ditentukan dari bagaimana klub tersebut berkembang, baik secara bisnis maupun prestasi.
Akuisisi tim di artinya adalah mengakuisisi dokumen atau lisensinya saja. Sekilas, transaksi jual beli klub sekilas terlihat gampang.
Namun, investasi yang dilakukan tak hanya membeli lisensi. Melainkan juga mencangkup semua kebutuhan tim dalam satu musim atau periode tertentu. Jadi biaya untuk membeli klubnya dan ada biaya untuk menjalankan klub dalam kompetisi.
Pembeli klub membutuhkan uang lagi yang jauh lebih besar. Karena harus mengontrak pemain, pelatih, official, tempat latihan, home base, lalu investasi untuk pengeluaran selama kompetisi berjalan.
Tak hanya mengurusi pertandingan, sebuah klub juga harus menjalankan manajemen keuangan yang kompleks. Sebuah klub pastinya perlu membayar gaji pemain, staf, fasilitas seperti stadion dan tempat latihan, fasilitas medis, biaya promosi, transfer pemain, dan masih banyak lagi biaya operasional yang nominalnya tidak kecil.
Lantas, dari mana sebuah klub dapat menghasilkan uang? Hal pertama yang terbersit mungkin adalah dari sponsor. Namun, sponsor ternyata bukan satu-satunya sumber dana bagi sebuah klub.
Sponsor memang menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar sebuah klub.Selain sponsor, sumber terbesar lain dari sektor komersial adalah dari penjualan merchandise. Contohnya saja adalah kostum atau jersey klub, syal, dan pernak-pernik lainnya.
Pendapatan dari penjualan merchandise bisa mengalami peningkatan luar biasa jika klub berhasil mendatangkan pemain bintang. Sebagai contoh adalah saat Juventus menjual kostum Cristiano Ronaldo pada musim panas tahun 2018 silam. Kurang dari 24 jam sejak Ronaldo tiba di Turin, Juventus bahkan telah berhasil menjual jersey dengan nomor 7 dengan total penjualan mencapai 60 juta dolar atau sekitar Rp 849 miliar.
Bagi klub, pertandingan tak cuma soal permainan. Pertandingan juga menjadi sumber penghasilan untuk sebuah tim. Sektor ini tentu saja merujuk pada penjualan tiket masuk stadion.
Pendapatan ini akan sepenuhnya masuk buku keuangan klub jika stadion yang dipakai adalah milik sendiri. Namun jika tidak, klub akan mendapatkan keuntungan setelah memotongnya dengan biaya sewa.
Cara klub untuk menghasilkan uang berikutnya adalah melalui hak siar. Jika kompetisi yang diikuti sebuah klub semakin banyak, maka pemasukan dari hak siar akan semakin besar.
Apalagi jika kompetisi yang diikuti adalah kompetisi bergengsi yang menyedot banyak pemirsa. Untuk klub yang menorehkan banyak prestasi, pendapatan dari sektor ini juga bisa semakin tinggi.
Bagaimana prosedur pembagiannya? Kita ambil contoh Liga Premier Inggris yang diikuti oleh 20 klub. Separuh atau 50% 50% pendapatan dari siaran akan dibagi rata ke 20 klub.
Rinciannya, 25% akan dibayarkan dalam bentuk ‘Merit payment’ (prize money berdasarkan posisi klasemen di akhir musim). Sedangkan 25% sisanya akan dipakai untuk biaya fasilitas setiap pertandingan klub yang disiarkan di Inggris. Kemudian, untuk pendapatan siaran Internasional dan pendapatan komersial pusat akan dibagi rata pada 20 klub.
Bursa transfer mungkin tidak akan selalu memberi keuntungan bagi klub. Pasalnya, klub bis saja rugi kalau menjual murah pemain yang dibeli dengan harga mahal.
Tetapi jika sebaliknya, klub bisa mendapat keuntungan sangat besar dari penjualan pemain di bursa transfer. Syaratnya adalah klub harus mampu menjual pemain dengan harga lebih tinggi dari harga beli.
Prize money atau hadiah uang dari hasil kompetisi adalah sumber pendapatan logis dalam olahraga apapun termasuk sepak bola.
Dengan mengikuti kompetisi, akan bisa berdampak positif pada keuangan klub. Apalagi jika dapat tampil cemerlang dalam kompetisi tersebut.
Penyelenggara kompetisi umumnya menyediakan hadiah uang atau prize money bagi tim yang menang atau imbang dalam sebuah pertandingan. Ada pula yang menyediakan uang tampil, di luar kemenangan atau hasil imbang, UEFA memberlakukan hal tersebut di Liga Champions dan Liga Europa.
Itulah ulasan mengenai seberapa menjanjikan bisnis klub bola. Ada banyak cara untuk sebuah klub menghasilkan uang. Namun, risiko tombok atau rugi besar juga ada jika sebuah klub tidak mampu berprestasi dan mengelola bisnis dengan baik.
Editor: Komaruddin Bagja