Sumardji Buka-bukaan soal Kegagalan Timnas Indonesia U-22, SEA Games 2025 Disebut Paling Aneh
JAKARTA, iNews.id – Timnas Indonesia U-22 menuai sorotan tajam setelah gagal lolos ke semifinal SEA Games 2025, hasil yang membuat Ketua Badan Tim Nasional PSSI Sumardji mengaku heran dan sulit menerima kenyataan di lapangan.
Skuad Garuda Muda harus mengakhiri langkah lebih cepat di fase grup. Kegagalan ini terasa pahit karena menjadi yang pertama sejak SEA Games 2009, terlebih Indonesia datang ke Thailand dengan status juara bertahan.
Hasil buruk itu bermula dari kekalahan mengejutkan 0-1 saat menghadapi Filipina di laga pembuka Grup C. Situasi makin sulit ketika kemenangan 3-1 atas Myanmar pada laga kedua tidak cukup mengamankan tiket ke semifinal.
Jens Raven dan kolega dipastikan gagal menjadi juara grup. Peluang lolos sebagai runner-up terbaik juga tertutup karena Indonesia kalah produktivitas gol dari Malaysia.
Sumardji tidak menutupi rasa kecewanya. Dia menyebut hasil yang diraih Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025 sulit diterima secara logika.
“Kalau ditanya saya sendiri jujur, blak-blakan saja. Paling susah, paling tidak masuk akal ya SEA Games ini. Kenapa? Persiapan lebih matang, karena kami TC (pemusatan latihan), uji coba, BTN mencarikan lawan yang boleh dikatakan lebih baik, kami pilih Mali dan India,” kata Sumardji dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Menurut dia, seluruh kebutuhan tim sudah dipenuhi secara maksimal, termasuk fasilitas selama berada di Thailand. Dia menilai tidak ada kendala berarti di luar teknis permainan.
“Selanjutnya di Chiang Mai (Thailand) pun fasilitas hotel dan lainnya dipersiapkan dengan baik. Memang lapangan latihan memang tahu kondisinya. Kalau berkaitan lain di luar lapangan itu sangat-sangat oke dan sangat baik. Kualitas yang kami bawa luar biasa. Dulu diaspora (pemain abroad) tidak turut, sekarang ikut. Kurang apa?,” sambungnya.
Dengan persiapan panjang dan materi pemain yang lengkap, Sumardji mengaku memiliki keyakinan tinggi Timnas Indonesia U-22 setidaknya mampu melaju hingga partai final. Kenyataan di lapangan justru berjalan berlawanan.
“Jadi saya menggarisbawahi seperti dijauhkan dari keberuntungan,” ujar Sumardji.
Dia juga menyoroti sulitnya tim mencetak gol pada momen krusial, termasuk saat menghadapi Myanmar. Menurutnya, situasi tersebut menjadi gambaran betapa beratnya perjalanan Garuda Muda di turnamen ini.
“Bahkan saya ketika kemarin lawan Myanmar untuk bisa cetak gol awal itu susahnya minta ampun. Setelah kebobolan untuk mengejar gol susahnya begitu. Saya siap dikritik, pengamat dan media untuk mengkritik kepelatihan karena kami butuh itu. Kalau ditanya kenapa, jawaban saya seperti itu tadi,” pungkasnya.
Editor: Abdul Haris