Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Harga yang Harus Dibayar AC Milan untuk Boyong Jay Idzes dari Sassuolo, Tembus Rp200 Miliar?
Advertisement . Scroll to see content

Terungkap, Ini Penyebab Marco van Basten Kapok Jadi Pelatih 

Minggu, 21 Maret 2021 - 10:35:00 WIB
Terungkap, Ini Penyebab Marco van Basten Kapok Jadi Pelatih 
Legendaris Timnas Belanda Marco van Basten sudah kapok jadi pelatih. (Foto: Inven Global)
Advertisement . Scroll to see content

AMSTERDAM, iNews.id - Legendaris Timnas Belanda Marco van Basten sudah kapok jadi pelatih. Minim prestasi jadi alasannya.

Van Basten dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia saat berstatus sebagai pemain. Dia memperoleh tujuh gelar saat membela Ajax Amsterdan.

Pesonanya makin terpancar ketika berseragam AC Milan. Van Basten mempersembahkan 16 trofi, tiga di antaranya adalah titel Liga Champions.

Prestasi bersama I Rossoneri membuatnya meraih Ballon d'Or tiga kali sebelum memutuskan pensiun. Setelah gantung sepatu, Van Basten mencoba peruntungan sebgai pelatih.

Dia memulainya dengan menjadi asisten pelatih tim junior Ajax pada 2003, sebelum membesut Timnas Belanda setahun kemudian. Van Basten kemudian kembali ke Ajax dan menjadi pelatih utama pada 2008.

Setelahnya Van Basten menangani klub-klub Belanda, seperti Heereveen dan AZ Alkmaar. Dia juga sempat ditunjuk jadi asisten Timnas Belanda pada 2015-2016.

Sayangnya tak ada satu pun tim yang berhasil menjadi juara. Hanya saat di Heerenveen dia berhasil mencatatkan poin terbanyak dalam sejarah klub, walau hanya menempati posisi lima. Van Basten sadar kemampuan mengolah taktiknya tak sehebat mengolah bola.

“Saya tidak akan menjadi pelatih lagi,” kata Van Basten dikutip Marca, Minggu (21/3/2021).

Setelah karier jadi pelatih selesai, Van Basten sempat mencicipi jabatan Direktur Teknis FIFA. Namun dia berhenti pada Oktober 2018 karena ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga.

Terbaru dia bakal segera meluncurkan sebuah otobiografi. Banyak momen yang diceritakan dalam buku tersebut. Salah satunya adalah cedera parah pada 1992 hingga membuat dirinya pensiun dini dari sepak bola.

“Saya sangat menderita dan merasakan banyak rasa sakit. Dokter tak banyak membantu dalam proses penyembuhan engkel," ujarnya.

"Saya banyak menghabiskan waktu di sofa dan tak bisa berjalan. Saya tak mau dilihat orang dengan keadaan seperti itu. Saya mengalami depresi, itu adalah periode yang sangat kelam," tuturnya.

Editor: Reynaldi Hermawan

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut