Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Persib Resmi Depak William Marcilio! Boyong Gelandang Baru yang Lebih Hebat, Siapa?
Advertisement . Scroll to see content

Vanenburg Kritik Pemain U-23 Hanya Jadi Ban Serep di Super League, Minta PSSI dan Klub Cari Solusi

Minggu, 07 September 2025 - 20:45:00 WIB
Vanenburg Kritik Pemain U-23 Hanya Jadi Ban Serep di Super League, Minta PSSI dan Klub Cari Solusi
Pelatih Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg. (Foto: iNews/Avirista Midaada)
Advertisement . Scroll to see content

SIDOARJO, iNews.id – Gerald Vanenburg melontarkan kritik tajam soal minimnya menit bermain pemain Timnas Indonesia U-23 di klub Super League. Pelatih asal Belanda itu menilai, sebagian besar pemain Garuda Muda hanya menjadi ban serep dan jarang diturunkan, sehingga berdampak pada kualitas tim nasional.

Dari 23 pemain yang dipanggilnya, hanya segelintir nama yang reguler mendapat kesempatan bermain. Cahya Supriadi, Arkhan Fikri, Ananda Raehan, Kakang Rudianto, Toni Firmansyah, hingga Salim Akbar Tuharea menjadi sedikit dari mereka yang cukup sering tampil. Sementara pemain lain seperti Jens Raven dan Rafael Struick hampir tidak mendapat menit bermain signifikan di klub.

Situasi ini membuat Vanenburg geram. Dia menegaskan PSSI harus duduk bersama klub untuk mencari jalan keluar. Selama ini memang ada aturan kewajiban memainkan pemain U-23 selama 45 menit, tetapi kenyataannya hal itu belum cukup mendongkrak jam terbang.

“Paling penting di sini adalah kita tidak menyudutkan pelatih-pelatih, atau klub yang ada, melihat kondisi dan situasi, dimana para pemain yang tidak bermain dengan cukup baik, diperlukan oleh kita duduk bersama dari tim nasional, dan dari klub untuk mencari solusi untuk menghadapi permainan untuk menghadapi masalah ini,” kata Gerald Vanenburg.

Menurutnya, salah satu penyebab utama adalah meningkatnya kuota pemain asing. Saat ini, setiap klub boleh memainkan hingga delapan pemain asing dari total sebelas yang dimiliki. Akibatnya, kesempatan untuk pemain muda semakin terbatas.

Vanenburg membandingkan kondisi ini dengan Timnas Indonesia U-17 yang dilatih Nova Arianto. Tim tersebut berhasil tampil solid karena menjalani pemusatan latihan selama delapan bulan, sementara skuad U-23 hanya berkumpul sekitar sepekan sebelum kualifikasi.

“Bagaimanapun juga kita memerlukan waktu yang besar, waktu yang cukup panjang, bersama untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi kalau kembali lagi ke klub ini bukan untuk menyudutkan para pelatih dan klub,” ujarnya.

Dia menekankan kembali, masalah ini harus diselesaikan bersama. Bukan sekadar menyalahkan pihak klub, tetapi mencari cara agar pemain muda mendapatkan pengalaman bertanding yang memadai. “Tapi bagaimana kita bisa mencari sebuah solusi bersama untuk menyelesaikan masalah ini yang cukup serius,” tambah Vanenburg.

Situasi ini makin rumit karena Garuda Muda sedang berjuang lolos ke Piala Asia U-23 2026. Dari dua laga melawan Laos dan Makau, Indonesia baru mengumpulkan empat poin. Hasil imbang kontra Laos membuat peluang lolos lewat jalur empat runner-up terbaik sudah tertutup. Satu-satunya jalan, Garuda Muda wajib menang kontra Korea Selatan. 

Tantangan berat menanti di laga terakhir Grup J saat menghadapi Korea Selatan, Selasa (9/9/2025) di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Lawan yang belum kebobolan dan selalu menang besar atas Laos dan Makau membuat Garuda Muda harus tampil habis-habisan untuk menjaga asa ke putaran final.

Editor: Abdul Haris

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut