Warisan Shin Tae-yong Bukan Hanya di Sepak Bola
JAKARTA, iNews.id – Mantan Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY) akan meninggalkan Indonesia, Minggu (26/1/2025). Dia pergi bukan hanya meninggalkan warisan di dunia sepak bola, tapi juga dalam hal lainnya.
PSSI pimpinan Mochamad Iriawan resmi memperkenalkan STY sebagai arsitek Timnas Indonesia pada 28 Desember 2019. Dia ditunjuk menggantikan Simon McMenemy dan dikontrak selama empat tahun, dan menjadi pelatih Korea Selatan pertama dalam sejarah Tim Garuda.

STY datang di saat Timnas Indonesia sedang babak belur. Tim Garuda kalah dalam lima laga beruntun pada putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022. Saat itu, ranking FIFA Timnas Indonesia juga berada di peringkat 175 dunia.
Ironisnya, langkah awal pelatih asal Korea Selatan itu di Skuad Garuda juga tak mudah. Pandemi Covid-19 membuat kinerjanya tak maksimal di tahun awal kepelatihannya.
Meski begitu, sang arsitek tetap berani mengambil kebijakannya memotong generasi Timnas Indonesia. Dia mencoret barisan pemain senior dan menggantinya dengan pasukan muda.
Tak sedikit yang mencemooh pada awalnya.
Namun, benih yang ditanamnya perlahan berbuah. Rizky Ridho dan kolega tumbuh menjadi kekuatan baru Tim Garuda. Timnas Indonesia berhasil lolos ke Piala AFF 2020 dengan barisan mudanya.
Gelombang naturalisasi yang dilakukan PSSI semakin memudahkan kinerja STY meningkatkan level permainan Timnas Indonesia. Banyak prestasi bersejarah yang berhasil diraih.
Di antara sukses tersebut, STY berhasil membawa Timnas Indonesia lolos ke 16 besar Piala Asia 2023. Kemudian, dia juga mengantar Timnas Indonesia U-23 menembus semifinal Piala Asia U-23 2024 di edisi debutnya. Torehan itu membuat pasukannya tampil di playoff Olimpiade Paris 2024.

STY juga berhasil membawa Timnas Indonesia menembus putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Meski bersaing dengan negara yang rankingnya jauh di atas, Jay Idzes dan kolega ternyata bisa bersaing, dan sangat berpeluang lolos ke Piala Dunia 2026.
Semua pencapaian itu menjadi yang pertama untuk sepak bola Indonesia. Bukan itu saja. Di eranya, ranking FIFA Timnas Indonesia juga melesat hingga berada di posisi ke-127 dunia saat ini.
Namun, semua kerja kerasnya itu harus berakhir. PSSI resmi memecatnya pada 6 Januari lalu. Disharmoni ruang ganti dan masalah komunikasi dengan pemain menjadi alasannya, meski semua kabar tersebut tak diketahui jelas kebenarannya.
Meski menuai pro kontra, PSSI bersikukuh menggantinya dengan Patrick Kluivert. STY mau tak mau menerima keputusan pahit tersebut. Itu pun dengan kompensasi yang kabarnya masih dinegosiasikan PSSI hingga saat ini.
Bukan hanya pemecatan, berbagai simpang siur masalah ruang ganti Timnas Indonesia berseliweran di ranah publik. Banyak yang mendiskreditkan pelatih berusia 54 tahun itu. Bahkan, sempat muncul pernyataan Marc Klok, mantan asuhannya, yang menyebut STY diktator. Pemain naturalisasi itu menyebut sang arsitek tak mau mendengar masukan dari para pemainnya.
Dalam kondisi ini, STY tetap diam. Tak sedikit pun dia menunjukkan perlawanan. Dia seperti enggan menanggapi berbagai komentar yang menyerang dirinya, meski dia tak melarang para asistennya berbicara mengungkap kebenaran.
Kim Jong-jin, salah satu asistennya, menyebut, sikap diam STY karena dia tak mau merusak momentum Timnas Indonesia yang sedang berjuang menuju Piala Dunia 2026.

Dalam salam perpisahannya, STY juga mengungkap rasa cintanya kepada Indonesia. Dia juga secara tulus mendoakan Tim Garuda lolos ke Piala Dunia 2026.
Tergambar sebuah teladan sikap ksatria yang luar biasa dari sang nakhoda. Di dalam hatinya yang sakit, dia masih bisa memperlihatkan senyum, ketulusan, dan rasa cinta.
Kamsahamnida, coach STY! Terima kasih atas semua warisan sepak bola dan sikap teladan yang engkau tinggalkan kepada kami bangsa Indonesia.
Editor: Abdul Haris