Sony Kucurkan Dana Rp31 Triliun untuk Pengembangan Game, Maksimalkan 9 Studio yang Dimilikinya

JAKARTA, iNews.id- Sony dikabarkan berencana untuk meningkatkan investasinya dalam pengembangan game bergaya Fortnite dan realitas campuran di tahun ini. Tak tanggung-tanggung, Sony mengucurkan dana sebesar 2,13 miliar dolar AS atau setara Rp 31,9 triliun.
Dikutip dari Engadget Minggu (16/7/2023), biaya pengembangan game ini 40 persen lebih besar dari pengeluaran perusahaan secara keseluruhan. Itu artinya biaya yang dikeluarkan dua kali lipat lebih besar dari yang dihabiskan oleh perusahaan pada tahun 2020 lalu.
Tujuannya, untuk bersaing lebih baik lagi dalam cloud gaming dan VR, terutama jika akuisisi Microsoft Activision Blizzard nantinya akan berjalan. Sony tampaknya bakal memperbarui game populer seperti God of War dan Horizon Zero Dawn.
Dengan mengembangkan satu game dan beralih ke game berikutnya, perusahaan memilih untuk membuat judul yang dapat diperbarui seiring waktu. Menghasilkan pendapatan dengan konten baru seperti peta musiman, skin, dan senjata seperti di game Overwatch dan League of Legends.
Sony berencana menghabiskan 55 persen pengembangan game PS5 untuk game layanan langsung hingga Maret 2024, dan 60 persen pada Maret 2026 mendatang. Perusahaan berencana menggunakan akuisisi Bungie untuk mencapai tujuan tersebut, menurut laporan.
Microsoft sendiri sedang mencoba mengakuisisi Activision Blizzard, yang akan memberinya akses ke portofolio game seperti World of Warcraft, Call of Duty, dan Destiny 2. Microsoft juga memimpin dalam permainan streaming langsung dengan Xbox Cloud Gaming.
Sony tampaknya ingin berinvestasi lebih banyak dalam apa yang disebut metaverse dengan meningkatkan pengembangan dalam realitas yang diperluas. Untuk melakukannya, ini bertujuan untuk menggabungkan sumber daya dari sembilan studio game luar negeri yang dimilikinya.
Investasi yang meningkat menunjukkan pentingnya game untuk portofolio Sony secara keseluruhan. Ini juga menunjukkan bahwa Sony menyadari bahwa mereka harus beradaptasi dengan kenyataan bahwa pengembangan game bergeser dari model tradisional ke model yang lebih modern.
Editor: Ismet Humaedi