Banyak Perusahaan Beralih dari Jaringan Internet Tradisonal ke SD-WAN, Ini Alasannya
JAKARTA, iNews.id - Banyak perusahaan beralih dari jaringan internet Wide Area Network (WAN) tradisional ke Software-Defined WAN (SD-WAN). Ini seiring banyaknya perusahaan memakai aplikasi Software-as-a-Service (SaaS) dalam menggunakan infrastruktur cloud.
Pada WAN tradisional, lalu lintas data biasanya harus melalui data center perusahaan atau jaringan di kantor pusat terlebih dahulu sebelum mengakses server penyedia Software-as-a-Service. Sementara pada jaringan SD-WAN, pengguna aplikasi SaaS dapat langsung mengakses internet tanpa harus melalui koneksi ke kantor pusat. Akses ini diklaim lebih aman karena memiliki fitur security lengkap, seperti IPSec, VPN, Next Generation Firewall (NGFW) dan mikrosegmentasi jaringan.
Aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar, seperti Voice over IP (VoIP), aplikasi kolaborasi yang menggunakan video seperti Teams dan Zoom sangat terbantu performanya pada jaringan SD-WAN.
"Jaringan SD-WAN dapat mengetahui jenis aplikasi yang sedang digunakan. Pengelola jaringan dapat melakukan pengaturan berdasarkan jenis aplikasi untuk menjamin kualitas sambungan yang didapatkan. Misalnya, aplikasi berbasis video seperti Zoom membutuhkan latensi yang lebih rendah (kurang dari 100 ms), sedangkan aplikasi seperti surel dan aplikasi pengelola dokumen seperti Office 365 masih bisa berfungsi dengan baik meskipun latensi mencapai 200 ms," ujar Zulfi Hadi, marketing and solution director Lintasarta dalam keterangan persnya dilansir Kamis (28/9/2023).
Dia menuturkan administrator jaringan dapat membuat kebijakan yang memastikan agar aplikasi lebih kritikal mendapatkan kualitas sambungan yang diperlukan, serta memprioritaskan aplikasi tertentu lebih dibutuhkan oleh perusahaan.
Meskipun pada dasarnya jaringan SD-WAN dapat dipasang dan dikelola sendiri, saat ini semakin banyak perusahaan yang memilih untuk memanfaatkan jasa Managed Service. Melalui model Managed Service, perusahaan menyerahkan pemantauan dan pengelolaan kepada penyedia layanan SD-WAN dengan layanan lebih komprehensif dan biaya dapat disesuaikan.
Zulfi mengungkapkan terkait keamanan jaringan perusahaan mengembangkan Managed Secure SD-WAN berupa sistem keamanan terpusat. Jika dibandingkan dengan layanan konvensional yang memerlukan pengaturan keamanan di setiap lokasi, Secure SD-WAN memiliki pendekatan lebih efisien.
“Tidak hanya memberikan keuntungan dari segi penghematan biaya, Lintasarta Secure SDWAN memiliki keamanan terpusat dengan menambahkan fitur canggih dalam analitik keamanan (Security Analytics) dan Indicators of Compromise atau IOC,” katanya.
Zulfi menyebutkan dibandingkan layanan SD-WAN konvensional dengan adanya keamanan terpusat, pengaturan keamanan dapat dielaborasi, dimonitor, dan diterapkan dari satu titik pusat. Ini mengurangi kompleksitas dalam mengelola keamanan di berbagai lokasi yang tersebar.
"Keuntungan utama lainnya adalah penghematan biaya. Dalam model konvensional, penerapan keamanan di setiap lokasi memerlukan investasi dalam perangkat keras dan perangkat lunak tambahan. Ini dapat dikurangi karena keamanan diterapkan di satu titik, sehingga mengurangi biaya perangkat keras dan operasional yang diperlukan untuk melindungi setiap lokasi secara terpisah," ujarnya.
Dalam pemutakhiran keamanan terpusat, ditambahlan fitur canggih dalam hal analitik keamanan (Security Analytics). Salah satunya Indicators of Compromise (IOC). Fitur ini bertindak sebagai detektor perangkat pengguna akhir (endpoints) yang mungkin terinfeksi atau terkompromi. IOC bekerja dengan membandingkan alamat IP, domain, dan URL yang diunduh oleh setiap perangkat setiap hari dengan direktori keamanan Cloud (Cloud Security Directory).
"Dengan adanya fitur IOC ini, perusahaan dapat dengan cepat mendeteksi perangkat yang berpotensi terinfeksi atau menjadi sasaran serangan. Langkah pencegahan dapat diambil lebih awal, sehingga potensi risiko keamanan dapat diminimalkan," kata Zulfi.
Editor: Dani M Dahwilani