Jaga Data Pengguna, Bos Telegram Pernah Kehilangan Rumah dan Perusahaan
JAKARTA, iNews.id - Sejak perang Ukraina dimulai, Telegram telah menjadi smber informasi penting. Namun, ada kekhawatiran seperti yang dikemukan pendiri Signal Moxie Marlinspike, Telegram atau karyawannya dapat ditekan untuk memberikan Rusia data Ukraina.
Menanggapi kekhawatiran itu, juru bicara Telegram mengatakan Pavel Durov tidak pernah memberikan data Ukraina ke Rusia. Hal ini termasuk saat sebagai salah satu pendiri dan kepala raksasa media sosial Rusia VKontakte (VK).
“Pavel Durov, baik secara pribadi, maupun melalui perusahaannya, tidak pernah memberikan data apa pun tentang Ukraina kepada pemerintah Rusia,” kata juru bicara itu. Mereka menambahkan Telegram tidak pernah memberikan data apa pun tentang pengguna mana pun kepada otoritas Rusia sebagaimana dikutip dari Forbes.
Tidak seperti penyedia teknologi besar lainnya, Telegram tidak memiliki laporan transparansi yang mengungkapkan bagaimana dia memberikan informasi pengguna kepada penegak hukum di seluruh dunia.
Durov juga menerbitkan sebuah posting Telegram baru-baru ini, di mana dia mengangkat kepentingan pribadinya dalam konflik tersebut. “Di pihak ibu saya, saya menelusuri garis keluarga saya dari Kyiv. Nama gadisnya Ukraina (Ivanenko), dan sampai hari ini kami memiliki banyak kerabat yang tinggal di Ukraina. Itulah mengapa konflik tragis ini bersifat pribadi bagi saya dan Telegram," ujarnya.
Dia menceritakan kisahnya tentang mengapa dia meninggalkan Rusia pada 2013, setelah badan kepolisian federal, FSB, menuntut dia memberikan “data pribadi pengguna VK Ukraina yang memprotes Presiden pro-Rusia.
Menurut laporan sebelumnya, pada 2014, Durov, yang dinilai oleh Forbes lebih dari $14 miliar, menjual sahamnya di VK, yang dia dirikan pada 2006, meninggalkan Alisher Usmanov, salah satu miliarder Rusia, yang bertanggung jawab secara efektif. Itu terjadi tiga tahun setelah Durov menolak untuk menyensor akun VK yang digunakan oleh aktivis untuk mempromosikan pesan anti-Putin guna mendukung protes terhadap apa yang mereka yakini pemilu 2011 dicurangi.
Kemudian, rumah dan bisnisnya digerebek karena tuduhan aneh dia menabrak kaki seorang petugas polisi dengan mobilnya. Dan pada 2014, TechCrunch melaporkan dia telah diminta untuk memberikan data tentang kepemimpinan Ukraina menjelang pencaplokan Krimea. Segera setelah itu, dia melarikan diri dari Rusia dan meluncurkan Telegram.
Berbicara tentang permintaan FSB untuk informasi Ukraina, Durov mengatakan hari ini, "Saya menolak untuk memenuhi tuntutan ini, karena itu akan berarti pengkhianatan terhadap pengguna Ukraina kami. Setelah itu, saya dipecat dari perusahaan yang saya dirikan dan terpaksa meninggalkan Rusia," ujarnya.
“Saya kehilangan perusahaan dan rumah saya, tetapi akan melakukannya lagi – tanpa ragu-ragu. Saya mendukung pengguna kami, apa pun yang terjadi. Hak privasi mereka adalah suci. Sekarang lebih dari sebelumnya," katanya.
Editor: Dini Listiyani