Kecepatan Internet Indonesia di Posisi 98 Dunia, Menkominfo: Ini Pekerjaan Rumah Besar

JAKARTA, iNews.id - Kecepatan internet Indonesia berada di posisi sembilan dari 10 negara di Asia. Di dunia, Indonesia menempati posisi ke 98. 

Menanggapi laporan itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan, peningkatan kualitas dan kecepatan internet menjadi pekerjaan besar untuk Indonesia. Dia pun tak menampik ketertinggalan ini perlu dibenahi. 

Baca Juga

Penampakan Johnny G Plate Jelang Sidang Tuntutan Kasus BTS Kominfo, Tertunduk Lesu

"Ini pekerjaan rumah besar, kalau kita gak jadi negara maju maka soal speed internet ini juga menjadi konsen kita," ujarnya. 

Dia menuturkan pekerjaan rumah ini perlu dibenahi apalagi di daerah rural seperti kabupaten. "Kalau di kota-kota mungkin sudah oke, tapi kan di daerah-daerah rural terutama kabupaten masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita benahi," ujarnya.

Baca Juga

Johnny G Plate Cs Jalani Sidang Tuntutan Kasus Korupsi BTS Kominfo Hari Ini

Menkominfo mengingatkan pentingnya akselerasi transformasi digital dalam pembangunan ekosistem digital di Indonesia. Dia mengaku pihaknya telah menyusun roadmap digital dengan dasar empat pilar. 

"Untuk semua hal yaitu infrastruktur digitalnya, pemerintahan digitalnya, ekonomi digitalnya dan yang terakhir adalah masyarakat digital," tuturnya. 

Empat pilar ini, kata Budi harus semuanya jalan. Kalau pemerintahannya sudah digital, ekonomi digital, masyarakat digital dan infrastruktur digital. 

Di sisi lain, Budi menerangkan pembangunan konektivitas digital berlandaskan pada tiga aspek utama. Pertama ada di aspek kapasitas, kedua coverage, dan ketiga kualitas. 

"Isu konektivitas itu ada tiga hal. Pertama kapasitas, kedua coverage dan ketiga kualitas. Jadi yang coverage itu mencakup berapa luasan wilayah yang sudah kita jangkau," katanya. 

Menkominfo menegaskan komitmen pembangunan infrastruktur digital yang masif untuk mengejar ketertinggalan dari aspek penetrasi internet Indonesia yang masih tertinggal dibanding negara lain.

Editor: Dini Listiyani