Masyarakat Makin Tergantung Teknologi Digital, Kebutuhan Cloud Melonjak
JAKARTA, iNews.id - Era digitalisasi membuat masyarakat menjadi lebih terhubung dan memiliki ketergantungan lebih besar terhadap berbagai layanan online. Untuk itu, pada kuartal pertama 2021 sejumlah perusahaan mengatur ulang strategi mereka agar menjadi perusahaan yang berorientasi masa depan.
Hal tersebut dilakukan dengan menjalankan investasi yang tepat dan memperkuat infrastruktur teknologi. Ini menghasilkan platform digital, automasi bisnis, dan pengelolaan data bisnis secara modern bagi perusahaan.
Perubahan strategi digital menyebabkan perusahaan membutuhkan layanan cloud lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sebanyak 54 persen perusahaan menggunakan anggaran belanja operasional lebih besar untuk pengadaan cloud (sumber: IDC Cloud Pulse Asia/Pacific, 2021).
Sebanyak 84 persen di antaranya lebih memilih penyedia layanan cloud yang bisa membantu mereka mengatur aktivitas bisnis. Berikutnya 44 persen perusahaan menginginkan layanan cloud menyediakan keamanan data lebih baik, dan 22 persen perusahaan ingin layanan cloud yang menyediakan akses sesuai aktivitas bisnis.
Pada kuartal kedua 2021, keputusan dan langkah-langkah perusahan dibuat dalam kondisi dunia yang masih belum pasti. Dalam kondisi tersebut, anggaran belanja TI semakin meningkat. Beberapa di antaranya terkait layanan cloud, aplikasi analisis, internet of things (IoT), artificial intelligence, automation technologies dan business services.
“Pengelolaan anggaran untuk TI merupakan hal yang kritikal, perusahaan harus dapat membuat keputusan belanja teknologi yang selaras dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai perusahaan. Belanja teknologi yang dilakukan harus dapat mendukung keberlanjutan bisnis, membantu perusahaan meningkatkan kualitas sistem supply chain, memastikan produksi tetap berjalan dan perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen,” ujar Managing Director IDC ASEAN Sudev Bangah dalam webinar Lintasarta Cloudeka Conference: ICT and Business Outlook 2022.
Sebelum pandemi Covid-19, perusahaan melakukan investasi untuk mengantisipasi potensi disrupsi pada bisnis. Sebagian besar rencana bisnis tidak memperhitungkan kondisi unik seperti pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak perusahan kesulitan merespons kondisi tersebut di awal pandemi.
Saat pandemi Covid-19 terjadi, perusahaan memperkuat ketangguhan bisnis untuk beradaptasi dengan situasi pandemi, yakni dengan menjalankan aktivitas bekerja dari rumah (work from home), perdagangan menggunakan platform digital, dan automasi. Hal ini membuat perusahaan tak lagi berfokus pada strategi antisipasi disrupsi bisnis.
Setelah pandemi Covid-19, perusahaan mulai mempersiapkan strategi menghadapi potensi disrupsi bisnis lainnya yang akan muncul di masa depan. Investasi digital tidak hanya bertujuan mempersiapkan perusahaan beradaptasi dengan krisis, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari perubahan yang mungkin terjadi.
Marketing and Solution Director Lintasarta Ginandjar menuturkan, dunia bisnis mulai merasakan kebutuhan adaptasi teknologi yang semakin cepat. Pandemi Covid-19 menjadi katalisator yang menyebabkan permintaan implementasi digitalisasi di semua lini datang serentak.
“Cloud hadir sebagai solusi dengan membawa berbagai kemudahan dan keunggulan, terutama untuk mendukung implementasi digital,” katanya, dalam keterangan pers.
Kendati demikian, transformasi digital tidak dapat terjadi dalam satu malam. Perusahaan berorientasi digital membutuhkan perencanaan yang matang dan melalui peta jalan rencana transformasi digital tersebut. "Dalam penyusunan tahapan transformasi digital pada sebuah bisnis, dibutuhkan fundamental yang kuat, seperti kesiapan, dan kematangan infrastruktur, salah satunya Cloud," ujar Ginandjar.
Editor: Dani M Dahwilani