Mengenal Semiotika Teknologi pada Aplikasi Google Clasroom
JAKARTA, iNews.id - Pandemi covid-19 memaksa sebagian besar aktivitas dikerjakan di rumah. Tidak terkecuali dunia pendidikan. Meski sempat direncanakan akan diadakan pembelajaran tatap muka pada awal Januari, namun ini urung dilaksanakan karena kasus pandemi Covdi-19 masih terus meningkat.
Di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama yang berzona merah, banyak sekolah melaksanakan pembelajaran secara daring. Ini memaksa para guru untuk berpikir kreatif dalam menyediakan konten pembelajaran yang menarik dan mudah dimengerti bagi para siswa. Guru harus bisa memilih media ataupun aplikasi yang tepat dalam penyediaan konten pembelajaran daring.
Istilah semiotika terkait dengan tanda atau alat yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah makna. Semiotika sosial memandang setiap artefak yang ada merupakan teks yang dapat membentuk makna.
Begitupun halnya dengan semiotika teknologi, yang memandang setiap artifak dianggap sebagai sebuah sistem yang memproduksi sebuah makna (Djonov & van Leeuwen, 2018a, 2018b; van Leeuwen, Djonov, & O’Halloran, 2013). Istilah artifak merupakan alat teknologi yang mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Artifak semiotika banyak terdapat pada teknologi software, di antaranya Google Classroom, Whatsapp, PowerPoint, Social media (facebook, twitter), aplikasi editing, aplikasi diagram, dan lainnya.
Aplikasi sederhana yang umumnya digunakan guru dalam pembelajaran daring adalah WhatsApp. Namun, aplikasi ini membuat guru kesulitan dalam mengorganisasikan tugas-tugas siswa yang terkirim.
Selain itu, guru juga mendapatkan kesulitan ketika hendak melakukan pertemuan langsung secara virtual karena terbatasnya jumlah anggota. Salah satu aplikasi yang bisa dijadikan solusi dalam pembelajaran daring adalah Google Classroom. Hal ini dikarenakan mudah didapat, sebab merupakan salah satu tool dari Google yang dapat digunakan secara gratis.
Aplikasi ini juga kaya akan sumber-sumber semiotika yang bisa digunakan dalam pembentukan makna yang ingin disampaikan dalam pembelajaran. Sumber-sumber semiotika yang dimaksud adalah fitur-fitur dan fungsi menu yang terdapat dalam aplikasi tersebut, seperti forum (stream), tugas kelas (classwork), anggota (people), penilaian (grades), serta virtual meeting.
Setelah video streaming TikTok seorang guru taman kanak-kanak MacKenze Adams pernah viral dan dimuat di New York Times, kini viral pula seorang guru taman kanak-kanak yang biasa dipanggil Mr. P. Mereka memberikan perhatian kepada pentingnya peran dan fungsi bahasa non-verbal dan ekspresi mimik muka, gerak tangan dan jari, serta anggota tubuh lainnya ketika berinteraksi dalam pembelajaran daring melalui teknologi platform TikTok. Mereka sadar betul pentingnya pemanfaatan sumber-sumber semiotika dalam interaksi pembelajaran daring.
"Kenyataannya, tidak sedikit guru yang belum maksimal memanfaatkan sumber-sumber semiotika dalam penggunaan teknologi aplikasi pada pembelajaran daring mereka. Sebagai contoh pada penggunaan teknologi aplikasi PowerPoint, mereka belum maksimal menggunakan fitur-fitur yang tersedia dalam aplikasi tersebut. Padahal banyak sekali fitur-fitur pada aplikasi ini yang bisa dijadikan sumber semiotika dalam pembelajaran," ujar Mahasiswa Pascasarjana Uhamka, Jakarta, Ucu Solahudin dalam tulisannya dilansir Minggu (24/1/2020).
Ucu, yang merupakan Guru SDN Menteng 01, Jakarta Pusat ini menilai aplikasi Google Clasrrom sangat cocok digunakan sebagai media pembelajaran daring. Ini karena aplikasi yang merupakan produk teknologi bawaan Google tersebut memiliki beragam sumber semiotika teknologi yang bisa dimanfaatkan guru dalam usaha memberikan makna di setiap pembelajaran daring.

Beberapa sumber semiotika tersebut di antaranya adalah artifak stream, classwork, people, grades, dan meet link. Artifak stream merupakan forum diskusi guru dan siswa. Melalui artifak ini siswa bisa memaknai tanda yang diberikan guru sebagai sebuah pengumuman. Siswa bisa memberikan komentar pada sumber semiotika teknologi ini. Guru bisa memaknai tanda yang diberikan siswa dalam komentar-komentar tersedia.
Sumber semiotika teknologi berikutnya adalah meet link. Artifak semiotika ini merupakan produk teknologi unggulan yang bisa memberikan kesempatan kepada guru dan siswa berinteraksi langsung melalui virtual meeting. Guru bisa memanfaatkan artifak semiotika ini dengan gratis tanpa dibatasi jumlah anggota kelas dan waktu meeting. Dengan artifak ini guru bisa memberikan makna dalam pembelajaran daring melalui komunikasi verbal, mimik wajah, gerak tangan, dan gerak anggota tubuh lainnya.
Artifak classwork bisa digunakan guru untuk memberikan materi pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Sumber semiotika teknologi ini memungkinkan seorang guru mendistribusikan materi pembelajaran kepada seluruh siswa dalam berbagai format, diantaranya images, video, teks, dan link website. Siswa bisa memaknai pesan yang diberikan guru ini sebagai materi pembelajaran melalui sumber semiotika teknologi classwork.
Artifak people merupakan sumber semiotika teknologi yang dimanfaatkan guru untuk mengundang siswa bergabung menjadi anggota kelas. Artifak ini berisi jumlah anggota kelas yang tergabung dalam pembelajaran daring. Melalui artifak ini, guru bisa memantau progress belajar siswa secara individu. Guru juga bisa memberikan feedback hasil belajar kepada siswa melalui artifak ini.
"Sumber semiotika teknologi yang tidak kalah penting dalam teknologi aplikasi Google Classroom adalah grades. Artifak ini memberikan kesempatan kepada guru untuk menginput nilai tiap tugas yang dikerjakan siswa. Guru selanjutnya bisa melaporkan nilai yang diberikan kepada siswa sehingga siswa bisa memaknai pesan yang diberikan guru dengan mengetahui nilai yang mereka dapat melalui artifak ini," kata Ucu.
Banyak aplikasi teknologi yang bisa digunakan guru dalam upaya memberikan makna pada pembelajaran daring. Terpenting adalah pemanfaatan secara maksimal sumber-sumber semiotika teknologi di aplikasi tersebut, sehingga pesan yang ingin disampaikan guru dalam pembelajaran daring tersebut bisa tersampaikan dan diterima siswa secara optimal.
Editor: Dani M Dahwilani