Startup Ini Bikin Sistem untuk Bantu Pengolahan Sampah di Perkotaan, Tak Butuh Area Besar
JAKARTA, iNews.id - Permasalahan sampah masih menjadi masalah yang perlu dipecahkan. Startup Jangjo yang berfokus pada solusi pengelolaan sampah mengimplementasikan strategi dan teknik dengan bantuan teknologi.
Laporan Plastic Waste Markers Index pada 2021 menyebutkan dunia menghasilkan 139 juta metrik ton sampah per tahun. Di beberapa negara, persoalan ini diperparah ketidakpastian tempat pemrosesan akhir (TPA) yang memicu deretan masalah.
Berkaca dengan adanya masalah itu, startup pengolahan sampah memperkenalkan Jangjo Zero Waste Integrated (JOWI) System. Sistem ini dirancang untuk mendukung sistem desentralisasi pengolahan sampah di perkotaan karena membutuhkan area lebih sedikit.
Sistem JOWI membutuhkan 3.000 m2 untuk pengelolaan sampah campur 6.000 ton per bulan menjadi habis. Dibandingkan sistem konvensional, dibutuhkan area pengelolaan sampah seluas 10.000 m2.
"JOWI mendukung penuh sirkular ekonomi, di mana semua sampah akan diproses menjadi barang bernilai baik Refuse Derived Fuel (RDF) atau Solid Recovered Fuel (SRF), serta energi lain. Kami juga menggunakan adaptive system di mana teknologi yang digunakan menyesuaikan dengan jenis sampah yang ada," kata Co-Founder & Coo Jangjo Eki Setiadi.
Sistem JOWI mempunyai keunggulan seperti compact system yang dapat menghemat penggunaan lahan hingga 70 persen, pendekatan mixed waste friendly di mana sampah dikumpulkan hanya membutuhkan pemisahan sederhana, tapi diolah secara efisien dan efektif.
Menariknya, sistem ini juga mampu memberikan laporan hasil berbasis manfaat yang dihasilkan dari pengolahan sampah melalui impact report.
"Kami percaya, melalui dukungan teknologi, keseimbangan alam dan manusia dapat dicapai dengan baik. JOWI System dapat diaplikasikan di berbagai daerah di Indonesia dan secara efektif mampu mengubah sampah menjadi material yang lebih berguna," kata Co-Founder dan Chief Executive Officer Jangjo, Joe Hansen.
Editor: Dini Listiyani