Tips Ganjar Pranowo untuk Menguasai Teknologi Informasi, Apakah Itu?

JAKARTA, iNews.id - Meski bukan berusia muda, Ganjar Pranowo memiliki tips untuk bisa seseorang menguasai teknologi informasi meskipun berada di usia tua. Apakah itu?

Dalam zaman di mana generasi milenial tumbuh dan teknologi menjadi unsur penting dalam komunikasi dua arah serta penyerapan aspirasi masyarakat, Ganjar Pranowo menjelma sebagai sosok yang tetap up-to-date dalam hal tersebut.

Cara Unik Seniman dan Dalang Indonesia Dukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Gelar Pertunjukan Wayang Kulit

Pentingnya kemahiran teknologi informasi menjadi semakin nyata dalam era saat ini. Banyak dari generasi sebaya dengan Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo yang kesulitan dalam mengoperasikan teknologi informasi modern seperti media sosial.

Anak muda saat ini senang memanggil mereka dengan sebutan ‘Gaptek’ atau Gagap Teknologi. Namun istilah gaptek justru tidak berpengaruh pada Ganjar walaupun sudah menginjak usia 55 tahun.

Yenny Wahid Deklarasi Dukungan, Partai Perindo: Spirit Gus Dur Kuatkan Perjuangan Ganjar-Mahfud

Usia Ganjar Pranowo justru hanyalah sebuah angka karena dirinya terbukti aktif dalam memahami dan memanfaatkan perkembangan zaman.

Mengambil masa jabatannya sebagai Gubernur Jawa Tengah sebagai contoh, Ganjar Pranowo telah membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dengan melakukan sosialisasi teknologi informasi.

Ia memiliki visi bahwa penyampaian informasi pada era ini harus lebih fleksibel dan didasarkan pada bukti konkret.

“Publik butuh tahu cara komunikasi harus lebih kekeluargaan, dengan diksi-diksi baru yang bisa nyantol dan makjleb. Bukan bahasa-bahasa provokatif, keras,” tutur Ganjar
Pranowo.

Mengikuti Teknologi Informasi di Usia Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo ini menilai penting bagi publik untuk menerima komunikasi yang lebih akrab, menggunakan kata-kata yang lebih mudah dipahami dan tidak provokatif atau keras. Sebagai contoh, dia membahas penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Tengah yang saat ini tengah berlangsung.

Pemerintah harus menyajikan bukti-bukti yang mendukung klaim ini dalam percakapan menggunakan teknologi informasi yang tersedia.

Dalam proses komunikasi ini, pihak berwenang juga akan mengetahui sektor-sektor yang memerlukan perhatian lebih lanjut.

“Kita memperbincangkan angka kemiskinan yang memang turun bagus dengan menunjukkan bukti-bukti. Ngobrol pelakunya seperti apa, kondisinya seperti apa, meskipun (masyarakat) bisa tahu juga yang belum berhasil, mesti kita akui.

Masyarakat itu seneng lho kalau pemerintah mengakui apa adanya. Dan mereka ngerti kok. Ini manusiawi. Tidak bisa selesai satu hari,” ujar Capres Ganjar Pranowo.

Ganjar Pranowo memahami bahwa pendekatan komunikasi yang sesuai dengan zaman milenial harus memasukkan teknologi informasi sebagai alat yang efektif, tanpa memandang usia para pembuat kebijakan.

Salah satu prinsip utama yang tidak boleh dilanggar adalah tidak menyebarkan informasi palsu atau hoaks.
Media sosial adalah wadah komunikasi yang efektif antara pembuat kebijakan dan masyarakat.

Bahkan saat pandemi Covid-19, ketika usia Ganjar baru genap 50 tahun, dirinya mampu memanfaatkan media sosialnya untuk memberikan informasi yang akurat mengenai protokol kesehatan dan membantu UMKM dengan mendirikan "Lapak Ganjar".

Usia Ganjar yang kini meninjak 55 tahun bukanlah penghalang untuk menggunakan teknologi informasi, terutama media sosial, untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Ia yakin bahwa teknologi informasi, jika digunakan dengan bijaksana, dapat memberikan umpan balik yang positif.

Ganjar membuktikan bahwa kegagapan teknologi atau gaptek dapat diatasi oleh orang seusianya. Pengentasan gaptek sendiri harus menjadi kewajiban karena para tokoh penting harus terlibat dalam diskusi positif dan memberikan arahan yang baik.

Komentar yang tidak memiliki makna atau konstruktif harus dihindari agar percakapan online tetap fokus dan berjalan sesuai tujuan yang positif, yang menguntungkan semua pihak.

Semua ini membuktikan bahwa usia Ganjar Pranowo hanyalah angka semata. Dirinya adalah contoh nyata bagaimana kematangan dan pemahaman teknologi informasi dapat mengatasi batasan usia.

Editor: Johnny Johan Sompotan