Astronot Sulit Tidur di Luar Angkasa, Begini Strategi Ilmuwan Mengatasinya

JAKARTA, iNews.id - Mendapatkan waktu beristirahat yang baik di International Space Station (ISS) tidak mudah. Bagaimana tidak, astronot ISS tidak bisa langsung berbaring di tempat tidurnya.
Laboratorium luar angkasa yang mengorbit tidak hanya melakukan satu putaran mengelilingi Planet setiap 90 menit sekali. Artinya, para astronot di dalamnya mengalami 16 kali Matahari terbit dan terbenam setiap hari, tapi penghuninya selalu tidak berbobot.
Astronot ISS tidak bisa langsung berbaring di tempat tidurnya. Mereka tidur mengambang, diikat ke dinding. Mengingat masa depan di mana upaya antariksa menjadi semakin umum, para ilmuwan telah menciptakan dua penemuan yang dapat membantu tidur.
Pertama lampu yang dapat disinkronkan dengan ritme sirkadian seseorang, dan yang kedua adalah perangkat in-ear yang dapat mengukur kualitas tidur pemakainya.
Irama sirkadian mengacu pada jenis perubahan fisik, mental, dan perilaku yang terjadi pada seseorang selama jangka waktu 24 jam - dan seperti yang Anda bayangkan, salah satu perubahan tersebut adalah seberapa mengantuk atau terjaga perasaan seseorang tersebut. Inilah sebabnya mengapa fenomena ini sering disebut “jam internal” kita.
Namun yang paling penting dalam penelitian ini, ritme sirkadian kita berhubungan langsung dengan cahaya yang dipancarkan.
Menurut para ahli, sinar Matahari adalah isyarat utama yang digunakan tubuh untuk mengkalibrasi jam internal kita.
Itulah mengapa waktu siang hari diketahui memengaruhi jadwal tidur, dan mengapa jam alarm saat Matahari terbit dianggap sebagai cara efektif demi membantu Anda bangun secara alami dalam keadaan istirahat dan siap berangkat.
Editor: Dini Listiyani