Cara Jaga Kualitas Udara di Ruangan dengan Teknologi Penjernih Udara
JAKARTA, iNews.id– Kualitas udara menjadi sangat penting, karena pada umumnya manusia menghabiskan waktunya sebanyak 90 Persen di rumah. Menurut Ivan Steven Jayawan, B Eng, MSE, Ph D, pakar teknik lingkungan lulusan University of Michigan, AS, hal itu biasanya dilakukan apabila kualitas indeks diluar ruangan sedang buruk, sehingga diminta untuk berada didalam ruangan.
Padahal indoor quality atau kualitas udara dalam ruangan, menurut beberapa studi bisa menyebabkan dua hingga lima kali lebih buruk daripada kualitas udara luar ruangan. Hal itu disebabkan karena adanya bermacam-macam sumber polutan yang berada didalam ruangan.
“Selain luar ruangan yang bisa masuk melalui jendela atau pintu yang dibuka dalam rumah, atau gedung-gedung kantor, rumah sakit mungkin dapat bisa masuk lewat sistem ventilasi, polutan udara juga dapat masuk lewat sela-sela pintu atau bangunan tersebut,” kata Ivan, dikutip dalam Webinar PDPI, Minggu (24/9/2023).
Selain itu, didalam ruangan terdapat banyak sumber pencemar udara mulai dari seperti asap rokok, produk rumah tangga, kompor batu bara, gas beracun, bulu hewan peliharaan, dan jamur.
Lalu bagaimana cara menjaga kualitas udara di dalam ruangan? Ivan Steven menjelaskan pada dasarnya hal itu bisa terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Mengontrol sumber ventilasi
Apabila kita dapat mengurangi atau menghilangkan sumber polusi, dan memberikan ruangan untuk bernapas maka dengan cara kita dapat mengeluarkan udara yang kotor dan masukkan udara yang bersih, hal itu dapat menjadi cara yang paling efektif.
“Dengan catatan udaranya bersih. Namun jika udara diluar kotor maka buka jendela itu bukan menjadi solusi justru itu menambah problem yang ada,” ucap Ivan.
2. Filtrasi atau penyaringan
Namun cara pertama dapat disumplemen dengan cara yang kedua ini yaitu filtrasi atau penyaringan. Biasanya hal ini menggunakan media filter untuk menangkap polutan yang ada di udara.
“Biasanya itu akan menggunakan filter media yang didesain untuk menangkap udara partikulat dan gas, yang filtrasinya itu diukur pada ukuran 0.3 micron, atau biasa disebut dengan Most Penetrating Particle Size (MPPS) jadi efisiennya sangat rendah,” ujar Ivan.
3. Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI)
Cara ini dapat lebih relevan apabila dilakukan di tempat publik atau rumah sakit, karena fokusnya lebih kepada bakteri dan virus.
“Penggunaan sinar UV ini harus memperhatikan dosis dan waktu paparn. Karena terlalu jauh atau terlalu cepat maka efeknya tidak akan terlalu efektif. Selain itu studi juga mengatakan sinar UV bahkan yang Far UVC itu dapat menghasilkan gas ozone sehinga rekomendasi para pakar itu pertimbangkan benefit dengan risikonya,” kata Ivan.
Editor: Ismet Humaedi