Diagnosis Penyakit Makin Mudah dengan Stetoskop AI, Sudah Dipakai di Indonesia?
JAKARTA, iNews.id - Diagnosis penyakit kini semakin mudah dengan kehadiran teknologi baru stetoskop yang dilengkapi Artificial Intelligence (AI). Seperti apa teknologi ini?
Seperti diketahui, kehadiran stetoskop di dunia telah ada selama hampir 200 tahun dan masih dikalungkan di leher setiap dokter atau dimasukkan ke dalam saku jas lab.
Fungsi stetoskop yang penting adalah penilaian terhadap suara detak jantung, apakah normal atau tidak. Dokter dapat mengetahui irama jantung yang tidak teratur melalui stetoskop.
Namun, peran stetoskop konvensional saja tidak cukup besar untuk penegakan diagnosis pada jenis penyakit jantung koroner. Misalnya, dari angina pektoris stabil sampai acute myocard infarction dan gagal jantung, yang merupakan komplikasi dari berbagai penyakit jantung.
Sebab itu, kehadiran stetoskop dengan teknologi AI ini dinilai bisa membantu memaksimalkan fungsinya untuk mentransmisikan energi suara dari jantung dan paru menjadi data digital.
Lantas, apakah stetoskop dengan teknologi AI ini sudah ada dan diterapkan untuk praktik medis di rumah sakit Indonesia?
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Anwar Santoso mengatakan, peran stetoskop dalam mendiagnosis penyakit jantung dan pembuluh darah masih diperlukan semua dokter yang melayani pasien.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan sudah merekomendasikan deteksi dini penyakit jantung sangat dianjurkan pada orang-orang usia di atas 40 tahun dan juga kelompok risiko tinggi. Misalnya pada mereka yang memiliki hipertensi atau diabetes.
Untuk memeroleh hasil diagnosis akurat, terdapat skrining atau pemeriksaan penunjang, yaitu dengan rekam jantung (elektrokardiografi), treadmill test, USG jantung (ekokardiografi) dan lainnya.
Selaras dengan rekomendasi di atas, dr Anwar menegaskan, upaya penegakan ‘diagnosis pasti’ dari semua penyakit jantung dan pembuluh darah tetap membutuhkan alat-alat penunjang.
“Dibutuhkan alat-alat penunjang seperti Chest X-ray, pemeriksaan laboratorium terkait, Echocardiography, cardiac-MRI, dan CT-scan. Masing-masing pemeriksaan penunjang tersebut ada indikasi untuk penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang sudah saya sebutkan tadi,” ujar dr Anwar dilansir web resmi Kemenkes Senin (17/6/2024).
Adapun untuk praktik medis di rumah sakit, sejauh ini para dokter di seluruh rumah sakit di Indonesia masih menggunakan stetoskop konvensional.
“Jadi, stetoskop konvensional masih dipakai karena teknologi ini (stetoskop AI) belum masuk dan diterapkan di Indonesia. Tentunya, stetoskop konvensional dipakai sebagai langkah diagnostik awal, sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut,” kata dr Anwar.
Editor: Dani M Dahwilani