Fenomena Aneh, Planet Mars Membengkak hingga Berkali Lipat
JAKARTA, iNews.id - Planet Mars membuat para ilmuwan bertanya-tanya. Fenomena aneh baru saja terjadi beberapa hari lalu yang membuat atmosfer Planet Merah membengkak hingga berkali lipat.
Peristiwa direkam oleh pengorbit NASA bernama Mars Atmospheric and Volatile Evolution (MAVEN) yang telah mengamati atmosfer Mars dan responsnya terhadap perilaku Matahari sejak 2014.
Data MAVEN menunjukkan aspek lain dari sistem Mars bukan hanya atmosfer Mars yang membengkak dari 800 km menjadi 3.000 km. Tapi, robekan magnetosfer berbentuk tetesan air, guncangan busur, dan ionosfer.
"Kami benar-benar berada di luar jangkauan di sini. Ini adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat di Mars sebelumnya dengan MAVEN,” kata Jasper Halekas, profesor fisika dan astronomi sekaligus anggota tim MAVEN dikutip dari Space, Kamis (14/12/2023).
Kejadian yang tak biasa ini terjadi setelah wilayah angin Matahari yang bergerak cepat mengambil alih wilayah angin Matahari yang lebih lambat dan menyapu material angin Matahari.
Badai tersebut mencapai Mars pada 25 Desember 2022, memberikan ilmuwan posisi terdepan yang menarik untuk menyaksikan atmosfer planet membengkak, seperti yang mungkin terjadi jika mengelilingi bintang yang tidak terlalu berangin.
“Ini adalah hadiah Natal bagi kami,” kata Halekas, yang memimpin penelitian baru yang melaporkan peristiwa ini. "Alam telah menyiapkan eksperimen sains yang sempurna ini," ujarnya melanjutkan.
Dengan data MAVEN tentang dinamika tak terduga di Mars, Halekas dan rekan-rekannya mempelajari bagaimana peristiwa Matahari yang ekstrem dan ketidakhadirannya memengaruhi atmosfer planet, wawasan yang berharga untuk memahami evolusinya.
Temuan ini juga mempunyai implikasi terhadap pemahaman manusia tentang planet mirip Bumi di luar tata surya dan bagaimana mereka berinteraksi dengan bintang induknya.
"Kita bisa melihat apa yang sedang terjadi dalam fisika, bagaimana dinamika bekerja dan benar-benar memahami detailnya,” kata anggota tim MAVEN Skylar Shaver dari Laboratorium Fisika Atmosfer dan Luar Angkasa di Boulder.
Editor: Dini Listiyani