Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Miris! Ilmuwan Temukan Lumba-Lumba Menderita Alzheimer gegara Sampah di Laut
Advertisement . Scroll to see content

Gara-Gara Sampah, Perjalanan ke Luar Angkasa di Masa Depan Terancam

Rabu, 03 Januari 2018 - 08:07:00 WIB
Gara-Gara Sampah, Perjalanan ke Luar Angkasa di Masa Depan Terancam
Sampah Luar Angkasa (Foto: NASA)
Advertisement . Scroll to see content

CALIFORNIA, iNews.id - Perjalanan ke luar angkasa di masa depan bisa menjadi tantangan tersendiri karena jumlah puing-puing yang saat ini mengorbit planet Bumi. Saat ini diperkirakan ada 600.000 potongan sampah luar angkasa di sekitar Bumi.

Seperti dikutip iNews.id dari Mirror, Rabu (3/1/2018), visualisasi 3D yang sangat bagus dari Richie Carmichael membantu memberikan gambaran tentang besarnya masalah sampah luar angkasa. Selain itu, ada juga kemungkinan untuk melihat berapa banyak sampah luar angkasa yang terakumulasi selama bertahun-tahun dan negara yang paling banyak menyumbang sampah.

Adanya sampah luar angkasa itu tidak dipungkiri bisa mempengaruhi rencana masa depan untuk mengunjungi luar angkasa. Menurut ilmuwan NASA Donal J Kessler, kemungkinan tumbukan meningkat, yang pada gilirannya menciptakan lebih banyak lagi puing-puing dan menghilang di sekitar planet ini, sehingga menciptakan lebih banyak rintangan.

Masalah ini disebut Kessler Syndrome dan pertama kali diajukan pada 1978. Perusahaan luar angkasa seperti SpaceX dan Blue Origin, membuat langkah untuk memperbaiki masalah.

SpaceX dan Blue Origin mampu menggunakan kembali peluncur roket dan perancang satelit atau kendaraan luar angkasa, yang diperlukan untuk menunjukkan mereka bisa dengan aman dibuang.

Sementara itu, Dr Hugh Lewis percaya, masalah yang berkembang menjadi ancaman bagi harapan generasi masa depan untuk tinggal dan bekerja di luar angkasa.

"Mengatasi masalah puing-puing luar angkasa, merupakan tantangan lingkungan terbesar manusia. Tapi itulah yang paling tidak diketahui," kata Dr Lewis, yang mengepalai sebuah kelompok yang meneliti puing-puing luar angkasa di University of Southampton.

"Setiap hari kita menggunakan dan mengandalkan layanan yang disediakan oleh satelit tanpa pernah menyadari betapa rentannya mereka. Bukan hanya satelit yang bisa rusak atau hancur oleh puing-puing reruntuhan hari ini atau besok, maka tindakan generasi kita bisa mempengaruhi impian dan ambisi generasi masa depan untuk bekerja dan tinggal di luar angkasa," jelasnya.

NASA mendefiniskan puing-puing luar angkasa sebagai benda buatan manusia di orbit sekitar Bumi yang tidak lagi berfungsi.

Editor: Dini Listiyani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut