Meteorit Mars Mengandung Molekul Organik, tapi Bukan Bukti Kehidupan
JAKARTA, iNews.id - Molekul organik di meteorit Mars yang mendarat di Bumi bukanlah tanda-tanda kehidupan. Molekul terbentuk dalam reaksi kimia antara air dan batu di Planet Merah sekitar 4 miliar tahun lalu.
Temuan ini dapat menjelaskan asal usul blok bangunan kehidupan di Bumi awal. Molekul organik umumnya mencakup senyawa apa pun dengan karbon, dan mereka mungkin memiliki oksigen, nitrogen, belerang, dan elemen lainnya.
Senyawa organik sering dikaitkan dengan kehidupan, tapi mereka dapat muncul karena aktivitas abiotik atau non-biologis. Penelitian sebelumnya mendeteksi banyak bahan atmosfer Mars. Namun, asal usul senyawa ini terbukti kontroversial.
Dalam studi baru, para peneliti berfokus pada meteorit Allan Hills 84001, yang juga dikenal sebagai ALH 84001. Batu itu ditemukan di Allan Hills Antartika pada 1984 dan pekerjaan selanjutnya mengungkapkan dampak kosmik meledaknya dari Mars sekitar 17 juta bertahun lalu. Kemudian, jatuh ke Bumi sektitar 13.000 tahun lalu.
"ALH 84001 adalah salah satu batuan yang paling banyak dipelajari, jika bukan batuan yang paling banyak dipelajari, kami memilikinya. Menemukan sesuatu yang baru di meteorit yang membuka pintu untuk memahami pengamatan yang dilakukan selama bertahun-tahun sangat keren," kata Andrew Steele, seorang ahli astrobiologi dan ilmuwan staf senior di Carnegie Institution for Science di Washington, DC, yang memimpin penelitian baru, mengatakan kepada Space.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berdebat tentang bagaimana bahan kimia organik dalam ALH 84001 terbentuk. Penjelasan yang mungkin termasuk faktor abiotik, seperti aktivitas gunung berapi atau dampak kosmik, serta kehidupan purba di Mars atau kontaminasi dari planet kita setelah meteorit jatuh ke Bumi.
Untuk membantu memecahkan misteri ini, para peneliti menganalisis mineral kecil di dalam meteorit. Mereka menemukan bahwa senyawa organik dalam meteorit itu terkait dengan mineral seperti serpentin. Serpentine adalah mineral hijau tua, terkadang berbintik-bintik atau berbintik-bintik seperti kulit ular, yang diasosiasikan dengan lingkungan yang dulu basah.
Editor: Dini Listiyani