Ngerinya Tornado Pertama di Indonesia, Warganet: Bumi Tidak Aman Lagi

JAKARTA, iNews.id - Angin kencang yang wilayah Rancaekek, Bandung, Jawa Barat membuat merinding. Bagaimana tidak, fenomena itu menjadi tornado pertama di Indonesia. 

Fenomena tornado pertama di Indonesia ini pun menarik perhatian masyarakat luas. Warganet pun ikut memberikan ramai membagikan video tersebut di media sosial X atau dulunya Twitter. 

Baca Juga

Angin Kencang di Rancaekek Tornado Pertama di Indonesia, Ini Bedanya dengan Puting Beliung

Topik terkait Tornado pun menjadi pembicaraan lima besar Trending Topic X dengan 25,3 ribu postingan terkait itu. Rancaekek pun ikut masuk dalam pembicaraan paling atas itu. 

"Guys, Bumi ini tidak aman lagi. Indonesia telah dilanda Tornado. Secara teori, Indonesia terletak di garis khatulistiwa, seharunya tidak mempunyai Coriolis force. Tapi hari ini... itu terjadi," kata warganet dengan akun @blue***

Baca Juga

Angin Kencang Rancaekek Tornado Pertama di Indonesia, BRIN: Perlu Investigasi Mendalam

"Lihatlah kecepatan vertikal #tornado ini. Setiap kali saya melihat fitur ini, biasanya ini merupakan indikator bahwa kita sedang menghadapi tornado yang kuat," ujar warganet @Jordan***

Sekadar informasi, angin tornado muncul di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah Sumedang pada Rabu (21/2/2024) sore hingga menghancurkan beberapa bangunan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun mengaku akan melakukan investigasi mendalam.

Baca Juga

Begini Awal Terbentuknya Badai Tornado Rancaekek, BRIN: Pertama di Indonesia

Dalam sebuah cuitan di media sosial X, pakar klimatologi BRIN, Erma Yulihastin mengatakan, tornado yang muncul tercatat sebagai tornado pertama di Indonesia. Disebut bahwa perlu investigasi mendalam untuk mengetahui lebih detail tentang tornado tersebut.

"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2)," kataErma.

Baca Juga

Ajaib, Bayi 4 Bulan Ditemukan Selamat di Pohon usai Hilang Tersapu Tornado

Editor: Dini Listiyani