Sebagian Besar Inggris Diprediksi Tenggelam pada 2050, London Kena Dampak Terparah
JAKARTA, iNews.id - Perubahan iklim terus menghantui masyarakata dunia, tak terkecuali di Inggris. Baru-baru ini beredar peta yang menunjukkan negara itu akan tenggelam pada 2050.
Climate Central yang menghasilkan data di balik peta memperkirakan, sebagian besar negara ini akan tenggelam dalam waktu kurang dari tiga dekade. London disebut sebagai daerah yang terkena dampak terparah.
Dari peta yang beredar, daerah yang diberi warna merah pada peta diprediksi akan tenggelam. Jalur air selesar dua mil di sepanjang sungat Thames akan menjadi gerbang bagi air laut yang meluap.
Di bagian utara Inggris, Liverpool, Southport, Blackpool, dan Marcambe diperkirakan terendam sementara di barat daya sungai Severn, dengan bentangan di kedua sisi muara dari Taunton hingga Tewkesbury. Kemudian kembali ke Cardiff di tepi utara berisiko hilang dimakan air laut.
Kendati demikian, Skotlandia dan Iralandia Utara tampaknya tidak terlalu terkena dampak serius, dengan hanya wilayah kecil di sepanjang sungat dan bawah air Hebrides, sebagaimana dikutip dari Metro.
Peta tenggelamnya Inggris tersemat dalam sebuah laporan bertajuk ‘Flooded Future: Global vulnerability to sea level rise worse than previously understood’ atau ‘Masa Depan Banjir: Kerentanan global terhadap kenaikan permukaan laut lebih buruk dari yang dipahami sebelumnya’.
Laporan Climate Central menjelaskan, saat umat manusia mencemari atmosfer dengan gas rumah kaca, Bumi menjadi hangat. Seiring dengan itu, lapisan es dan gletser mencair dan pemanasan air laut meluas, sehingga meningkatkan volume lautan di dunia.
Menurut Climate Central, konsekuensinya berkisar dari peningkatan banjir pesisir dalam jangka pendek yang dapat merusak infrastruktur dan tanaman hingga terjadinya pengungsian permanen masyarakat pesisir.
Permukaan air laut diperkirakan akan naik antara 2-7 kaki pada akhir abad ini, sehingga upaya yang kuat untuk mengurangi dampak krisis iklim diharapkan dapat berjalan sehingga mengurangi dampaknya.
Editor: Dini Listiyani