Studi: Matahari Ternyata Lebih Lemah Dibanding Bintang Lainnya
 
                 
                CALIFORNIA, iNews.id - Matahari menjadi sumber energi terbesar di Bumi. Namun, studi terbaru justru mengungkapkan, Matahari lemah dibanding bintang lain.
Setelah melakukan survei terhadap bintang-bintang yang mirip Matahari, para ilmuwan menemukan bintang di tata surya ini sangat lemah, setidaknya pada tahap kehidupannya. Dibanding rekannya, Matahari berfluktuasi dalam kecerahan yang jauh lebih sedikit dan mempunyai aktivitas sunspot lebih rendah dibanding rata-rata.
 
                                    Diketahui Matahari memang sedikit berbeda dalam segi kecerahan karena siklus 11 tahunnya. Siklus dimulai pada periode yang tenang, dengan medan magnet Matahari yang tertata rapi di antara kutub.
Tapi, karena khatulistiwa berputar lebih cepat dari kutub, dia menarik medan magnet dari bentuknya. Hasilnya, aktivitas tinggi, sunspot, dan kecerahan variabel. Setelah sekitar 11 tahun, medan magnet kembali ke jalurnya, kutubnya terbalik dan kembali ke masa tenang.
 
                                    Memahami bagaimana aktivitas ini berubah adalah alat yang ampuh untuk memprediksi masa depan Matahari. Para ilmuwan benar-benar memiliki alat powerful untuk memahami aktivitas Matahari di masa lalu yakni Bumi.
Konsentrasi berbagai elemen dalam cincin pohon, inti es, dan catatan fosil bisa diartikan untuk memahami bagaimana Matahari telah berubah dari waktu ke waktu. Dari catatan-catatan ini diketahui Matahari lebih atau kurang aktif seperti sekarang selama 9.000 tahun terakhir.
Namun, jauh di masa lalu, lebih sulit untuk mengukur apakah Matahari berperilaku berbeda dan tingkat aktivitasnya saat ini bersifat sementara.
“Dibandingkan dengan seluruh umur Matahari 9.000 tahun seperti sekejap mata. Lagipula, bintang kita hampir 4,6 miliar tahun. Dapat dibayangkan Matahari telah melalui fase tenang selama ribuan tahun dan karena itu kita memiliki gambaran terdistorsi bintang kita,” kata ahli astrofisika Timo Reinhold dari Max Planck Institute for Solar System Research (MPS) di Jerman yang dikutip dari Science Alert, Jumat (1/5/2020).
Di sinilah bintang-bintang lain masuk. Para ilmuwan bisa membandingkan Matahari dengan bintang lain seperti itu untuk menentukan apakah perilakunya khas.
Berkat teleskop luar angkasa Kepler, para ilmuwan mempunya data yang sangat rinci. Teleskop mempelajari sepetak langit selama empat tahun, yang memungkinkan para astronom menghitung tingkat rotasi puluhan ribu bintang di bidang pandangnya, merekam kemiringan samar dalam kecerahan yang terkait dengan sunspot yang muncul dan menghilang dari pandangan.
Ini adalah kunci karena laju rotasi bintang dianggap berkontribusi pada kekuatan medan magnet. “Medan magnet adalah kekuatan pendorong yang bertanggung jawab atas semua fluktuasi dalam aktivitas,” kata ahli astrofisika Sami Solanki dari MPS.
Dari data Kepler, para peneliti memilih bintang dengan periode rotasi antara 20 dan 30 hari. Mereka mereferensikan bintang-bintang itu dengan data dari satelit Gaia dan mengidentifikasi 369 bintang yang sebanding dengan Matahari dari segi warna, massa, komposisi, usia, suhu, dan laju rotasi.
Kemudian mereka membandingkan variabilitas kecerahan bintang-bintang tersebut sebagaimana dicatat oleh Kepler terhadap Matahari. Hasilnya jelas. Fluktuasi Matahari sangat lemah dibanding sebagian besar bintang lainnya.
Biasanya, bintang-bintang lain berfluktuasi lima kali lipat dari Matahari. “Kami sangat terkejut sebagian besar bintang seperti Matahari jauh lebih aktif dibanding Matahari,” kata astronom Alexander Shapiro dari MPS.
Tapi, tidak semua bintang memiliki sunspot Matahari yang terdeteksi dan laju rotasinya tidak dapat direkam. Untuk perbandingan yang lebih luas, tim mengukur Matahari terhadap 2.500 bintang dengan laju rotasi yang tidak diketahui. Dalam hal ini Matahari tampak jauh lebih normal.
Editor: Dini Listiyani