Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mengintip Pulau Unik Maratua, Ada Tornado Barakuda hingga Goa Bisa Bikin Awet Muda 10 Tahun
Advertisement . Scroll to see content

4 Desa Unik yang Menggunakan Siulan untuk Berkomunikasi, Ada di India hingga Spanyol

Jumat, 21 Juli 2023 - 21:06:00 WIB
4 Desa Unik yang Menggunakan Siulan untuk Berkomunikasi, Ada di India hingga Spanyol
Desa unik yang menggunakan siulan untuk berkomunikasi, desa Kongthong (Foto: Oyo)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Terdapat beberapa desa unik yang menggunakan siulan untuk berkomunikasi. Walaupun terkesan sederhana, siulan tersebut bisa menghasilkan puluhan hingga ratusan kata dan frasa.

Jika menilik pada sejumlah desa berikut, bahasa siulan digunakan di dataran tinggi yang terdiri atas pegunungan dan lembah yang terjal. Dengan demikian, penduduk desa tersebut tidak dapat bercakap-cakap menggunakan bahasa pada umumnya.

Adapun deretan desa unik yang penduduknya menggunakan siulan sebagai alat komunikasi adalah sebagai berikut.

Desa unik yang menggunakan siulan untuk berkomunikasi

1.Desa Kongthong, India

Desa Kongthong terletak di sekitar 53,4 kilometer dari Shillong, ibu kota negara bagian Meghalaya, India. Penduduknya menggunakan siulan sebagai metode untuk menyampaikan pesan mereka kepada sesama penduduk desa seperti halnya burung sejak berabad-abad silam.

Di desa tersebut, setiap individu memiliki nama yang diwakili dengan siulan. Nama siulan itu disebut dengan istilah ‘Jingrwai Lawbei’ yang berarti lagu cinta ibu.

Dinamakan demikian karena ketika seorang anak lahir, sang ibu akan bersenandung dan membisikkan lagu yang unik untuk sang anak. Lambat laun sang anak menjadi akrab dengan lagu tersebut, sehingga akan menjadi nama panggilannya.

Ibu-ibu dari Kongthong mengatakan bahwa setiap nada tertentu keluar dari lubuk hati terdalam yang juga menunjukkan kegembiraan dan cinta untuk sang anak. Lalu ketika sang anak telah dewasa, ia akan menciptakan lagu namanya sendiri untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga dan penduduk desa lainnya. 

Jika berkesempatan berkunjung ke Kongthong, wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan berupa rumah-rumah warga yang ditutupi oleh pohon kacang kumbang. Desa tersebut juga tidak tersentuh oleh dunia modern dan melanjutkan hidup dengan bercocok tanam serta berburu di hutan.

2.Desa Kuşköy, Turki

Kuşköy adalah sebuah desa di kawasan Laut Hitam Turki, yang terletak di provinsi Giresun. Desa ini dihuni oleh penduduk yang menggunakan ‘bahasa burung’ sebagai alat komunikasi atau dalam bahasa Turki disebut ‘Kuş Dili’.

Bersiul di desa tersebut sudah dilakukan sejak lebih dari sekitar 4 abad silam dan tradisi ini masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Topik yang dibicarakan biasanya berupa undangan untuk minum teh, membantu pekerjaan, memberi tahu tetangga saat gerobak panen akan datang, atau pengumuman pemakaman, kelahiran, dan undangan pernikahan. 

Selain itu, bahasa burung digunakan karena dapat mengatasi kebisingan dengan lebih efektif daripada suara biasa atau teriakan. Dari siulan tersebut, sudah lahir lebih dari 400 kata dan frasa. 

Berbicara tentang asal usul media komunikasi Kuşköy, para petani di desa tersebut dulunya menggunakan siulan agar dapat cepat berkomunikasi satu sama lain di perbukitan yang jauh. Sayangnya, bahasa ini semakin punah karena pemudanya sudah enggan mempelajari bahasa siulan.

3.Desa Antia, Yunani

Desa Antia berada di pegunungan pulau Evia, tepatnya di lereng Gunung Ochi. Desa tersebut telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dengan mayoritas penduduknya bekerja menggembala domba. 

Penduduk Desa Antia menggunakan siulan untuk berkomunikasi atau biasa disebut dengan istilah ‘sfyria’. Setiap nada siulan sesuai dengan huruf alfabet dan dapat membentuk kata-kata. 

Mengenai asal muasalnya, terdapat spekulasi bahwa penduduk Antia mendapat keterampilan bahasa siulan dari tentara Persia yang menjaga tahanan Yunani di daerah Karystos. Setelah kekalahan mereka dalam Pertempuran Salamis, tentara Persia meninggalkan para penjaga Karystos dan mereka melarikan diri ke dataran tinggi di sekitar Antia untuk bersembunyi.

Di sana, mereka berbaur dengan penduduk setempat dan berasimilasi. Lalu pada Maret 1969, bahasa siulan ditemukan oleh media massa setelah desa tersebut terdeteksi sebagai tempat pesawat jatuh.

Sayangnya, bahasa siulan Desa Antia sudah mulai punah sejak populasinya menyusut dari 250 menjadi 37, menurut laporan situs Stuff, Jumat (21/7). Namun tahun lalu, bahasa ini ditampilkan dalam film dokumenter yang diputar di Museum Seni Metropolitan New York.

4.Desa La Gomera, Spanyol

La Gomera adalah pulau terkecil kedua di Kepulauan Canary, Spanyol yang panjangnya hanya 22 kilometer dan lebarnya mencapai 25 kilometer. Meskipun demikian, desa tersebut terdiri dari pegunungan tinggi dan ngarai yang dalam dengan jalan berkelok-kelok yang melalui lanskap pulau yang berbatu. 

Maka, tidak mengherankan jika bentuk komunikasi khusus, Silbo Gomero atau bahasa siulan telah berkembang lama di sana. Sistem komunikasi di desa tersebut hanya terdiri dari enam suara siulan; empat konsonan dan dua vokal. 

Akan tetapi, terdapat sekitar 4.000 istilah yang dapat dicakup dengan rentang suara yang terbatas ini, bergantung pada urutan, volume, dan nada. Makna yang tepat dari sebuah pesan biasanya diungkapkan melalui konteksnya.

Sejak 2009, bahasa tersebut telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Untuk menjaganya dari kepunahan, Silbo Gomero diajarkan sebagai mata pelajaran wajib di semua sekolah di pulau tersebut. 

Itulah deretan desa unik yang menggunakan siulan untuk berkomunikasi. Dengan keunikan yang dimiliki, desa-desa tersebut selalu menarik untuk dikunjungi.

Editor: Komaruddin Bagja

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut