Angela Tanoesoedibjo Diskusi Bersama ICCN Bahas Akselerasi Ekonomi Kreatif di Daerah
JAKARTA, iNews.id - Indonesia Creative Cities Network (ICCN) atau Jejaring Kota/Kabupaten Kreatif Indonesia adalah simpul organisasi yang berkomitmen untuk mewujudkan 10 Prinsip Kota Kreatif.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo dalam diskusi virtual dengan para pengurus ICCN 2019-2022, berharap ekonomi di daerah dapat segera pulih dengan adanya permintaan dari para wisatawan saat ingin berkunjung ke destinasi yang ingin dituju.
"Dalam kondisi normal pariwisata itu demand crition, harapannya ekonomi di daerah bisa mengisi dari sisi supply-nya. Bagaimana bisa mendukung sehingga bisa ada penambahan spending dari wisatawan di daerah dan bagaimana ekonomi kreatif bisa mensejahterakan masyarakat lokal dengan ada demand dari pariwisata itu."
"Dalam kondisi Covid-19 hari ini tentunya pariwisata mempunyai challenge tersendiri karena pergerakan-pergerakan yang dibatasi. Namun, sebelumnya ini suatu kesempatan untuk pariwisata berbenah terutama melalui ekonomi kreatifnya," kata Angela.
Sebelumnya, ICCN dan Kemenparekraf banyak berkolaborasi di bidang kemanusiaan. Untuk ke depannya, Angela berharap akselerasi ekonomi kreatif dilaksanakan di daerah-daerah. Ini harus menjadi program yang konkrit dan bisa dilaksanakan oleh pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).
"Ini harus menjadi program yang konkrit, ketika kita diskusi dengan Mas Sandiaga Uno, itu menjadi program yang bisa dilaksanakan implementative juga di lapangan," katanya.
Dalam diskusi virtual, Angela juga menambahkan mengenai social preneurship yang kini memang ada trend menuju ke sana dengan mulai men-design program-program, mendorong, menfasilitasi tempat-tempat pariwisata dan ingin membesarkan ekonomi kreatif di lima destinasi super prioritas.
"Ingin mendorong ke sana dan tugas Kemenparekraf untuk membesarkan ekonomi kreatif di lima destinasi super prioritas," tutur Angela.
Social preneurship juga membutuhkan seorang mentorship yang tidak hanya general karena isu di lapangan beda-beda. Angela berharap dalam diskusi ini ada kerjasama untuk ke depannya yang bisa dilakukan. Butuh program akselerasi supaya mengetahui hasilnya dan cepat dijalankan.
"Ke depannya mungkin kita kerjasamakan beberapa program yang sedang kita bentuk adalah yang pertama melalui permodalan. Permodalan ini tahun lalu BIP kami 25 milyar dan sudah kami perluas menjadi 100 milyar dan salah satu kriterianya sedang kami godok untuk menjadi salah satunya social preneurship."
Kuncinya, bagaimana bisa menjalankannya dan programnya bisa massive dan inclusive dan cukup dirasakan oleh masyarakat setempat sesuai kebutuhan masing-masing.
"Bagaimana kita betul-betul punya program yang konkrit yang dan tentunya impact-nya harus juga besar," kata Angela.
Editor: Vien Dimyati