Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mengimajinasikan Indonesia
Advertisement . Scroll to see content

Antisipasi Efek Negatif Bonus Demografi 2024, Salah Satunya Peduli Lingkungan

Kamis, 24 Juni 2021 - 17:08:00 WIB
Antisipasi Efek Negatif Bonus Demografi 2024, Salah Satunya Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan dan menjaga dengan konsep harm reduction (Foto: Everypixal)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menjaga kelestarian lingkungan dimulai dari hal kecil sudah harus diterapkan sejak dini. Salah satunya, bisa dimulai dengan mengurangi kantong plastik hingga tidak merokok.

Anda dapat mulai melakukan konsep harm reduction atau pengurangan bahaya. Konsep ini dinilai penting untuk mengantisipasi potensi efek negatif bonus demografi, khususnya di bidang lingkungan. Sebab, jika tidak mengimplementasikan konsep ini, maka bonus demografi akan menciptakan degradasi lingkungan. 

Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi, atau yang akrab disapa sebagai Uki menyebutkan, Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada 2024 mendatang. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta orang, sebanyak 70% di antaranya berada di usia produktif (15-60 tahun) dan sebagian besar penduduk usia produktif tersebut adalah kelompok pemuda berusia 16-30 tahun.

Artinya, jumlah penduduk usia kerja dua kali lebih besar dibanding jumlah penduduk usia non-kerja. “Bonus demografi itu seperti pisau bermata dua. Yang pertama jendela peluang, yang kedua bencana,” ujar Uki melalui keterangan tertulisnya dikutip Kamis (24/6/2021).

Uki menjelaskan, bonus demografi berpotensi menciptakan bencana bagi lingkungan karena adanya peningkatan aktivitas manusia, baik ekonomi, sosial, maupun politik. “Itu semua dalam prosesnya mengeksploitasi alam ataupun limbahnya merusak alam,” kata dia.

Contohnya, pemanfaatan pembangkit listrik batu bara, kebakaran hutan, penggunaan kendaraan pribadi, sampah puntung rokok, dan sampah rumah tangga. Di DKI Jakarta, per harinya menghasilkan 7.500 ton sampah yang dikirim ke Bantar Gebang. “Limbah sampah belum terdaur ulang dengan baik. Ini yang saya maksud, aktivitas ekonomi, sosial, dan politik menghasilkan degradasi lingkungan,” ujarnya. 

Melihat potensi bencana ini, Uki pun mengemukakan perlunya pemberdayaan pemuda berkelanjutan serta tata kelola lingkungan hidup. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dan harus dijalankan secara partisipatif oleh semua pihak dari hulu ke hilir guna mengantisipasi dampak negatif bonus demografi.

“Artinya, dari upstream pembuat kebijakan dan downstream dari masyarakat umum. Kalau untuk upstream merestorasi yang rusak. Di level downstream kami menawarkan harm reduction atau pengurangan bahaya” katanya.

Konsep pengurangan bahaya ini bisa direalisasikan dengan mengurangi pemakaian bahan-bahan yang tidak bersahabat dengan alam dan menggantikan dengan alternatif yang lebih baik. 

Contohnya, dengan tidak lagi menggunakan sedotan maupun kantong plastik sekali pakai ataupun tidak lagi merokok, akan tetapi dapat diganti dengan produk yang dapat dipakai berulang kali.

"Inilah yang dimaksud pengurangan bahaya itu. Kita memang tidak bisa menghentikan aktivitas ekonomi,” tuturnya.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut