Bali Bisa Jadi Destinasi Sustainable seperti Maldives? Ini Penjelasannya!
JAKARTA, iNews.id - Mewujudkan pariwisata berkelanjutan dapat dilakukan dengan berbagai inovasi. Tujuannya untuk pelestarian lingkungan dari sektor pariwisata.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berupaya membuat sektor pariwisata di Indonesia berkualitas dan berkelanjutan. Isu ini pun sejalan dengan tema dan agenda G20.
Pariwisata berkelanjutan memastikan enjoyment wisatawan tetap terpenuhi, tetapi environment terjaga keasriannya. Hal tersebut perlu didukung oleh semua pihak, termasuk masyarakat.
Bali dan lokasi wisata lainnya menjadi salah satu lokasi yang diharapkan bisa menjadi destinasi berkelanjutan. Meski, untuk bisa mencapai titik tersebut diperlukan riset lebih lanjut.
"Apakah bisa menjadi destinasi berkelanjutan seperti Maldives? Perlu diriset lebih lanjut," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya pada Webinar, Rabu (2/3/2022).
Nia melanjutkan, tapi kalau bicara soal produk dan market, Bali sudah bisa menerapkan konsep berkelanjutan tersebut. Soal produk, Nia memberikan contoh Six Sense Bali yang ternyata sudah menerapkan sustainable environment.
Itu terlihat dari pelaksanaan 3R yang memang menjadi bagian dari perilaku berkelanjutan hingga me-manage lokasi dengan konsep sustainable.
Contoh lain yang diberikan Nia adalah Capella Ubud Bali. Sebagai The Best Resort in The World 2020, Capella berhasil menjadi contoh produk sustainable yang demain-nya pun besar sekali.
"Capella itu memastikan tidak ada satu pohon pun yang ditebang. Pembuatan resor pun mengikuti kontur tanah dan keberadaan pohon di lokasi tersebut," kata Nia.
"Itu kenapa, jangan heran kalau di sana Anda bisa menemukan batang pohon besar di tengah-tengah ruang makan, atau ada bagian pohon yang ikut masuk ke area kamar resor," ujarnya.
Bahkan, kata Nia, Capella itu melakukan upaya empower masyarakat sekitar dengan mengajarkan bahasa Inggris dan pengolahan sampah yang tepat guna.
"Bicara soal market, konsep sustainable ini banyak diminati dari turis Eropa dan Amerika. Ini seperti memberi gambaran, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar concern masyarakatnya terhadap isu lingkungan," katanya.
Jadi, bicara soal produk dan market pariwisata berkelanjutan itu ada. Tapi, sekali lagi Nia menegaskan, "Untuk destinasi yang cakupannya harus besar, sekarang ini perlu riset lebih lanjut," katanya.
Transportasi Ramah Lingkungan
Penggunaan AC, food waste, dan pesawat dapat memberi dampak buruk pada lingkungan dalam sektor pariwisata. Karena itu, transportasi ramah lingkungan perlu didorong untuk dimasifkan.
Hal ini pun disetujui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dijelaskan Plt. Ketua Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan (ISTC) Wahyu Marjaka yang mewakili KLHK. Gili Trawangan menjadi bukti konkrit, lokasi wisata bisa meniadakan transportasi berbahan bakar minyak.
"Di Gili Trawangan tidak ada transportasi yang berbahan bakar minyak, karena di sana mengandalkan Cidomo hingga sepeda," kata Wahyu dalam Webinar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rabu (2/3/2022).
Penggunaan alat transportasi non-bahan bakar minyak di Gili Trawangan menjadi bukti, lokasi wisata seharusnya bisa menerapkan konsep berkelanjutan dalam hal transportasi.
"Transportasi ramah lingkungan perlu dikembangkan, karena akan jadi terobosan yang sangat baik di masa depan saat orang-orang sudah semakin concern terhadap kehidupan yang sustainable," ujar Wahyu.
KLHK tak hanya mendorong pengelola lokasi wisata maupun pemerintah daerah untuk memasifkan transportasi ramah lingkungan, tetapi juga keberadaan restoran atau supplier plant-base.
"Kami juga mendorong stakeholder yang berbisnis restoran, mulai mengarah ke plant-base restorant atau plant-base supplier," kata Wahyu.
"Hal-hal seperti ini, pengelolaan legalitas di lokasi wisata, kalau emisi karbonnya dapat dihitung dengan tepat, di masa yang akan datang bisa berkontribusi dalam offsetting atau perdagangan emisi yang kini tengah di-develop," kata dia.
Editor: Vien Dimyati