Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rekomendasi Liburan Akhir Tahun di Tanjung Lesung, Tak Sekadar Pantai Indah!
Advertisement . Scroll to see content

Bangkitkan Wisata Arung Jeram, Pelaku Usaha Simulasi Penerapan CHSE di Sungai Elo

Kamis, 06 Mei 2021 - 16:11:00 WIB
Bangkitkan Wisata Arung Jeram, Pelaku Usaha Simulasi Penerapan CHSE di Sungai Elo
Wisata Arung Jeram Simulasi Penerapan CHSE di Sungai Elo Magelang (Foto: Ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Selama masa pandemi Covid-19, wisata arung jeram mengalami dampak paling signifikan. Banyak pelaku usaha arung jeram terpaksa tutup karena pandemi.

Dalam rangka membangkitkan kembali wisata arung jeram, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan, Direktorat Wisata Alam, Budaya dan Buatan menyelenggarakan kegiatan “Sosialisasi dan Simulasi Panduan Pelaksanaan CHSE Wisata Arung Jeram” yang berlangsung di Sungai Elo, Magelang, Jawa Tengah pada 3 Mei 2021.

Hadir dalam kegiatan ini, Direktur Wisata Alam, Budaya dan Buatan Kemenparekraf yang diwakili oleh koordinator Wisata Alam, Itok Parikesit, Kadipaspora Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein, Ketua Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kabupaten Magelang Rahman Hakim Setiawan, dan Ketua Paguyuban Operator Sungai Elo Nuryana.

Hadir juga sebagai pembicara Ketua Umum FAJI, Amalia Yunita dan dr. Siswo P. Santoso, Koordinator Keselamatan dan Keamanan FAJI yang dimoderatori oleh Adi Sulistianto.

Kadisparpora Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein menjelaskan, ada 29 operator arung jeram yang berizin di Kabupaten Magelang. Dia menyambut baik kegiatan sosialisasi dan simulasi CHSE Wisata Arung Jeram karena sangat relevan dengan situasi pandemi saat ini.

“Penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE merupakan jaminan keamanan bagi para wisatawan yang ingin berarung jeram, sehingga melalui kegiatan ini kita melihat kesiapan kita dalam menerima wisatawan nanti dan mohon tetap extra hati-hati dalam melayani para tamu," ujar Slamet Achmad Husein, melalui keterangan tertulisnya belum lama ini.

Koordinator Wisata Alam Kemenparekraf, Itok Parikesit menjelaskan, panduan CHSE arung jeram sebetulnya telah diluncurkan sejak tahun lalu, namun maksud dari kegiatan ini untuk lebih mempertajam kembali penerapan protokol kesehatan CHSE di lapangan.

“Tujuan utama dari kegiatan ini adalah bagaimana wisata arung jeram kembali mendapat kepercayaan dari wisatawan domestik maupun mancanegara dengan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE," kata Itok.

Menurutnya, ada tiga aspek yang harus dimiliki operator wisata arung jeram agar mendapat kepercayaan masyarakat. Selain penerapan protokol kesehatan CHSE, para pemandu juga harus mempunyai sertifikasi kerja SKKNI serta perusahaannya juga harus berizin dan memiliki TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata).

“Dengan ketiga aspek itu barulah kabupaten Magelang dapat menjadi destinasi wisata arung jeram yang berstandar global," kata Itok.

Ketua Umum FAJI, Amalia Yunita mengatakan, hingga saat ini operator arung jeram yang terdata di FAJI terdapat di 17 provinsi pada 60 sungai dengan 187 oerator.

Sebagai pemilik operator arung jeram di Citarik Sukabumi, Jawa Barat, Amalia Yunita menyadari, penerapan standar protokol kesehatan CHSE ini tidaklah mudah, perlu pengawasan dan konsistensi. Tetapi demi keselamatan dan sumber pekerjaan untuk kehidupan banyak orang, makanya wajib diterapkan.

“Arung jeram saat ini memiliki situasi ketidakpastian yang tinggi, saya harap para operator yang merupakan para petualang sudah siap menghadapi situasi ketidakpastian pandemi saat ini. Dengan melakukan modifikasi marketing, penyesuaian harga paket dengan daya beli pasar, peningkatan kapasitas diri operator melalui standar panduan new normal dan terus meningkatkan kualitas produk. Saya yakin seluruh operator arung jeram dapat melalui tantangan di masa pandemi ini," kata pemilik usaha arung jeram Arus Liar dan Bravo Glamping ini.

Pada pemaparan selanjutnya yang disampaikan oleh Siswo Putranto, dokter yang suka kegiatan bertualang ini mengatakan, virus Covid-19 tidak menular melalui air tetapi lewat pernafasan. Maka itu yang perlu dilakukan adalah memakai masker dan menjaga jarak sosial minimal 1 meter.

“Untungnya di kegiatan arung jeram kita berada di alam terbuka dan di atas arus air. Seandainya ada virus maka akan menjadi encer saat di air dan selanjutnya yang kita perlukan adalah menjaga jarak saat duduk di atas perahu yang biasanya diisi 6 orang menjadi 4 orang saja," kata dokter Chico ini.

Dokter yang bertugas di RS UKI ini juga menekankan disiplin memakai masker saat di darat. “Saat briefing dititik start pengarungan hingga duduk di perahu, peserta dan pemandu harus tetap memakai masker, namun saat pengarungan tidak perlu memakai masker, karena masker akan menutupi jalan pernafasan, sehingga saat darurat peserta tercebur di air, hidung dan mulut yang tertutup masker akan menimbulkan efek terganggu dan bisa menimbulkan kepanikan pada peserta," kata dia.

“Masker dapat disimpan di dalam wadah plastik berklip agar terjaga dan tetap kering saat dipakai kembali di darat, saat beristirahat maupun kembali ke darat saat finish," ujarnya.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut