Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 5 Surga Tersembunyi di Sukabumi, Menakjubkan Ada Danau Batu Bacan hingga Pantai Mirip Tanah Lot
Advertisement . Scroll to see content

Cerita Desa di Geopark Ciletuh, Kampung TKW Kini Jadi Homestay Murah Meriah

Minggu, 01 Januari 2023 - 20:24:00 WIB
Cerita Desa di Geopark Ciletuh, Kampung TKW Kini Jadi Homestay Murah Meriah
Kawasan Geopark Ciletuh di Kabupaten Sukabumi. (Foto: Aldhi Chandra)
Advertisement . Scroll to see content

SUKABUMI, iNews.id - Selain memiliki sejumlah spot wisata alam yang indah, kawasan Geopark Ciletuh di Kabupaten Sukabumi menyimpan cerita menarik tentang perubahan kehidupan masyarakatnya. Adalah Kampung Cimarinjung, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, yang termasuk salah satu dari delapan kecamatan di bentang alam Geopark Ciletuh.

Dahulu, mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya adalah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri atau buruh migran. Ada pula yang menjadi petani dan nelayan. Sejak daerah mereka ditetapkan sebagai geopark pada 2018 , banyak TKW dan TKI pulang kampung dan beralih membuka homestay di rumah mereka. 

Awalnya, semua homestay di kampung pesisir Pantai Wisata Palangpang itu berjalan sendiri-sendiri. Warga menyewakan kamar-kamar dan rumah mereka kepada wisatawan dengan pengelolaan autodidak. Pemprov Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Sukabumi lalu mendirikan Badan Pengelola Ciletuh Pelabuhan Ratu UNESCO Global Geopark (BP CPUGGp).

Badan inilah yang kemudian gencar memberikan pelatihan, pendampingan dan pemberdayaan masyarakat termasuk dalam hal pengelolaan homestay dan hospitality.

"Kini ada sekitar 120 homestay yang dibina BP CPUGGp. Setiap homestay rata-rata memiliki 3 hingga 4 kamar," ujar General Manager BP CPUGG Dodi Sumantri saat ditemui wartawan di Pantai Palangpang, Minggu (1/1/2023).

Ada beragam jenis dan kelas homestay di sekitar Pantai Palangpang. Ada yang menyatu dengan rumah inti, ada pula yang terpisah meski satu pekarangan. Pada beberapa titik terdapat pula kamar-kamar baru yang sengaja dibangun untuk para wisatawan. Sebagian memiliki fasilitas AC plus kamar mandi. 

Homestay di sana berdampingan dengan sejumlah hotel kelas melati yang mulai banyak pula berdiri. Tarif setiap kamar bervariasi mulai Rp175.000 hingga Rp700.000 per malam.

Paket Homestay

Sejumlah pengelola homestay pun menawarkan beragam paket wisata alam yang digabung dengan fasilitas menginap dan akomodasi lainnya.

"Ternyata penghasilan masyarakat dari membuka homestay dan paket wisata cukup lumayan dibandingkan kerja di luar negeri. Inilah yang membuat banyak warga berhenti jadi buruh migran dan menyeriusi bisnis homestay," kata Dodi.

Usaha homestay di sana kian berkembang setelah para warga membentuk Ikatan Homestay Cimarinjung untuk saling memberikan dukungan. Yang juga menarik, hampir setiap homestay memiliki pohon mangga aneka jenis seperti cengkir, arumanis dan lainnya di pekarangan. Tamu yang dapat menikmati buah tersebut baik yang matang maupun untuk dirujak.

Asep Hidayat Mustopa (36) salah satu warga eks buruh migran,  mengungkapkan, taraf hidup masyarakat meningkat sejak membuka homestay. Apalagi kini BP CPUGGp banyak memberi pemberdayaan. Asep bahkan kini aktif di badan tersebut dan menjabat ketua pengusaha desa wisata.

"Saya sudah bisa membuka tujuh homestay dan jumlah tamunya cukup bagus. Sayang, pandemi COVID-19 sempat membuat kunjungan wisatawan merosot. Sekarang, tamu-tamu mulai berdatangan lagi," kata kaligrafer ini.

Tak hanya membuka homestay, Asep bahkan menjadi inisiator budidaya hanjeli. Hanjeli adalah tumbuhan biji-bijian tropika dari suku padi-padian yang dapat menjadi alternatif  pengganti beras sebagai makanan pokok. 

Editor: Elvira Anna

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut