Desa Unik, Perkampungan Orang Batak Dekat Danau Toba Ditumbuhi Pohon Hariara
JAKARTA, iNews.id - Ada banyak keunikan di Sumatera Utara yang membuat siapa saja penasaran. Terutama jika singgah ke kawasan Danau Toba, di sini terdapat budaya dan tradisi yang sangat unik.
Sebagai bangsa yang beragam, masyarakat Indonesia memiliki kepercayaan berbeda-beda yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan toleransi tinggi. Sama halnya masyarakat Batak dengan Pohon Hariara yang dianggap sakral atau suci.
Selain pesona dari Danau Toba, tetapi juga alam di sekelilingnya yang masih terjaga kehijauan dan keasriannya. Pohon Hariara menjadi salah satu vegetasi yang sangat berkaitan erat dengan budaya dan kehidupan masyarakat Batak. Anda akan menemukan pohon ini, hampir di setiap perkampungan di pemukiman Batak kuno.
Kata Hariara berasal dari kata hari atau hari dan ara atau tujuh, yang jika diterjemahkan berarti hari ketujuh.
Mengutip melalui Instagram @skepticola Pohon Hariara menjadi suatu ciri khas perkampungan orang Batak yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka. Pohon indah ini menentukan layak tidaknya suatu lahan untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Bibit pohon hariara akan di tanam dan pantau dalam waktu tujuh hari, jika bibit Pohon Hariara tersebut tumbuh dengan baik, maka mereka memutuskan lokasi tersebut layak di huni.
"Seneng banget bisa belajar sesuatu yg baru setiap kali bepergian keliling Indonesia. Bener2 terharu dengan budaya setiap daerah yg sangat terhubung dengan alam. Pohon Hariara ini diyakini oleh masyarakat sebagai pelindung suatu desa dari segala bahaya. Hingga kini pun pohon hariara ini juga masih digunakan oleh sebagian masyarakat Batak sebagai tempat melaksanakan suatu perjanjian atau sebagai simbolisasi marga," tulis dari Instagram @skepticola.
Penasaran seperti apa keunikan dari Pohon Hariara yang selalu menjaga desa dan kesejahteraan masyarakat Batak ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Rabu (8/3/2023).
Pada zaman dahulu, Pohon Hariara berfungsi penting dalam menentukan pemukiman atau huta. Para tetua akan menanam bibit pohon di tempat yang nantinya akan menjadi perkampungan. Setelah ditanam, bibit akan diobservasi selama 7 hari. Apabila bibit tumbuh dengan subur, diyakini hal tersebut akan membawa berkah dan bebas petaka. Sebaliknya, apabila bibit tidak tumbuh atau layu, maka lahan tersebut tak layak untuk dihuni atau dijadikan perkampungan.
Keunikan Pohon Hariara
Rindangnya Pohon Hariara dapat menaungi puluhan orang saat bermusyawarah. Tak jarang di bawah Pohon Hariara inilah dijadikanbtempat bersidang atau 'partungkkoan' antar tetua kampung. Hariara menyimbolkan keterlibatan leluhur dalam setiap keputusan yang dibuat. Pohon ini merupakan pohon tropis asli Asia Tenggara yang tersebar sampai ke Australia Utara. Pohon ini bisa mencapai ketinggian dari 10 - 30 meter, dan dapat dijumpai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.000 mdpl.
Filosofi Pohon Hariara
Pohon Hariara merupakan simbol harmonisnya manusia dengan alam. Adapun makna filosofis dari pohon ini yaitu bentuk kehidupan yang sejahtera bagi Orang Batak. Menariknya lagi, setiap bagian-bagian dari pohon ini juga memiliki makna tersendiri, antara lain pada bagian daun bermakna sebagai perlindungan dari segala marabahaya, bagian batang, pembawa rezeki dan keberkahan, pada bagian akar merupakan simbol persatuan antara manusia dengan manusia lainnya serta keselarasan dengan alam di sekitarnya.
Saur Matua
Dalam upacara kematian, Pohon Hariara digunakan sebagai sarana untuk melakukan upacara adat yang dianggap punya derajat tertinggi, yang dikenal dengan nama Saur Matua. Khususnya bagi orang yang meninggal dan telah memiliki keturunan dan cucu, baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan.
Masyarakat Batak sangat percaya jika penting untuk melestarikan Pohon Hariara di kampung, bagaikan pemersatu. Tak hanya itu, ritual-ritual adat tertentu dilakukan di bawah pohon ini. Salah satunya adalah ritual Manguras Tao yang dilakukan oleh masyarakat Desa Situngkir, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Editor: Vien Dimyati