Dukung Isu Pengelolaan Sampah di Tempat Wisata, Ini yang Dilakukan Komunitas
JAKARTA, iNews.id - Persoalan sampah di Indonesia masih menjadi isu besar. Apalagi pengelolaan sampah yang tepat dapat mendukung keberlangsungan pariwisata di Indonesia.
Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), Monica Oudang mengatakan, permasalahan sampah di Indonesia, terlebih di sektor pariwisata menjadi perhatian khusus bagi komunitas, pemerintah juga lembaga-lembaga terkait lainnya.
"Banyak sekali belajar dari berbagai pihak yang bersemangat dalam membuat perubahan. Dan kami sendiri ikut melihat beragam hambatan, maupun bermacam solusi yang dihasilkan oleh mereka untuk mengatasinya (sampah)," kata Monica dalam Diskusi “Bebas Hambatan Menuju Bebas Sampah: Akselerasikan Inovasimu lewat CCE 2.0 secara virtual, Rabu (15/2/2023).
Dia menyebut, untuk menyelesaikan masalah yang kompleks terhadap sampah, maka dibutuhkan beberapa komponen yang sangat penting. Pertama, perubahan pola pikir dan perilaku di masyarakat, kedua adalah gabungan kekuatan pendekatan ke masyarakat dan teknologi, guna memudahkan dan mempercepat penyelesaiannya.
Ketiga adalah ownership atau kepemilikan di level masyarakat dan pemerintah lokal. Di mana hal ini agar solusi bisa dijalankan jangka panjang, dan bisa dikembangkan. Oleh karenanya, solusi yang dihasilkan ini bukan hanya pendek, tetapi dapat menjadi solusi jangka panjang dan tidak hanya dihasilkan oleh satu organisasi saja.
"Kami berusaha menciptakan solusi berbasis ekosistem, di mana inovasi itu lahir dari kolaborasi antar sektor untuk menyelesaikan masalah secara sistemik," ujarnya.
Penyelesaian yang dimaksud, kata dia ada tiga, yaitu pertama lengkap bagaimana pihaknya bersatu, bisa berkumpul dengan kekuatan dari pihak yang memiliki peran dan keahlian berbeda.
Kedua adalah tingkatan bagaimana pihaknya melebur, membangun serta kolaborasi yang bermakna. Dimulai dari mendorong pengembangan solusi yang transformatif.
Ketiga yaitu skill up. Bagaimana bisa berkembang melalui pilot project dengan ciri-ciri yang terlibat untuk mendapatkan pendanaan, serta mewujudkan ide menjadi dampak yang nyata.
"Kami mengembangkan apa yang kami lakukan sebelumnya. kali ini kami berfokus untuk menyelesaikan permasalahan sampah melalui penerapan ekonomi circular di kawasan pariwisata nasional," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo menambahkan, Kemenparekraf telah diamanati empat tugas di dalamnya. Pertama, harus menyusun sop, kedua, implementasi sop, ketiga pembentukan unit pengelolaan sampah, dan keempat pemberian reward serta punishment kepada pemerintah daerah (pemda) pengelola masyarakat atas akan pengelolaan sampah di kawasan destinasi wisata bahari.
Kemudian pada 2020, Kemenparekraf juga telah mengeluarkan Permen Parekraf nomor 5 tahun 2020, tentang pedoman pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari. Serta telah dilengkapi dengan teknis sopnya dan aturan lainnya.
"Kami lanjutkan lagi dengan berbagai program pendampingan, sop pengelolaan sampah plastik lintas kementerian dan lembaga. Serta dengan seluruh pemangku kepentingan di beberapa destinasi wisata bahari, di 6 titik di daerah Bali, Bajo dan Toba," kata Angela.
Editor: Vien Dimyati