Fakta Keraton Surosowan, Tempat Tinggal Sultan hingga Bangunan Misterius yang Masih Terkubur di Tanah
JAKARTA, iNews.id - Banten dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki peninggalan sejarah, khususnya berkaitan dengan kerajaan di Indonesia. Misalnya saja Keraton Surosowan, yang menjadi bagian dari kejayaan Banten pada masanya.
Keraton Surosowan sangat terkenal, dan menjadi bagian peradaban berdirinya Banten. Bangunan ini dulunya menjadi tempat tinggal sultan beserta keluarga dan pengikutnya
Lantas, bagaimana ceritanya, apakah hingga kini sisa-sisa dari keraton tersebut masih ada? Berikut ulasannya dirangkum pada Kamis (13/10/2022).
Sejarah Keraton Surosowan
Keraton Surosowan dibangun sekitar 1522-1526, tepatnya pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin. Kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Kemudian, pada masa penguasa Banten berikutnya, bangunan keraton ini ditingkatkan. Bahkan diduga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel. Dia adalah seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam, bergelar Pangeran Wiraguna.
Kala itu dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area Keraton Surosowan, kurang lebih sekitar 3 hektare. Sekilas, Surosowan mirip benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.
Sisa Reruntuhan Keraton Surosowan
Pada masa berakhirnya Keraton Surosowan, saat ini hanya menyisakan sisa-sisa bangunannya saja. Misalnya di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdesain persegi empat yang jumlahnya puluhan.
Seperti keraton di Jawa, Keraton Surosowan dulunya berfungsi sebagai tempat tinggal sultan beserta keluarga dan pengikutnya. Selain itu, keraton ini juga menjadi pusat kerajaan dalam menjalankan pemerintahan Kerajaan Banten.
Hal tersebut bisa Anda lihat dalam tata pola sisa reruntuhannya yang mengikuti kerajaan Islam lainnya di Jawa. Di mana di sekitarnya memiliki alun-alun yang terletak di sebelah utara, Masjid Agung di bagian barat dan pasar serta pelabuhan di sisi timur dan utara keraton.
Keraton Surosowan dibangun atas campur tangan Belanda, dan berakhir juga di tangan Belanda. Saat itu kelompok penjajah tersebut menyerang kembali, dan keraton menjadi sasaran utama dengan penghancuran kota dan membuat sultan dan penghuninya meninggalkannya.
Kejadian tersebut terjadi pada 1813, ketika Gubernur Jenderal Belanda dipimpin oleh Herman Daendels. Maka, sisa-sisa inilah yang kini terlihat dalam reruntuhan. Bangunan keraton yang menggunakan bahan bata campuran pasir dan kapur sebagai bahan dasarnya menjadi saksi bagaimana kehebatan Kerajaan Banten pada abad 17.
Bangunan Unik
Bangunan Keraton Surosowan terlihat unik, tidak heran jika wisatawan tertarik untuk berwisata ke sini. Di bagian luar Keraton Surosowan terdapat dinding yang mengelilingi Keraton dengan bentuk benteng. Benteng tersebut memiliki tinggi mencapai 7,25 meter. Dahulu, dinding ini dipakai untuk memantau kondisi yang ada di sekitar area keraton.
Keraton ini mempunyai pintu masuk lebih dari satu. Namun saat ini hanya terdapat dua pintu saja yang tersisa. Pintu tersebut berada di bagian timur dan juga bagian utara. Sedangkan untuk bagian tengahnya Anda akan menemukan kolam pemandian yang dulunya sering dipakai oleh Sultan.
Terdapat juga kolam-kolam lain yang diberi nama Pancuran Mas dan Rara Denok. Pemandian tersebut menggunakan sumber air yang berasal dari suatu tempat. Tempat yang menjadi sumber air tersebut bernama Tasikardi yang merupakan danau buatan dan berada di Selatan Keraton.
Sebagian besar dari bangunan Keraton Surosowan saat ini telah terkubur di bawah tanah. Bangunan tersebut hingga kini masih misterius belum ditemukan. Adapun sisa-sisa bangunan yang dapat Anda temukan ketika berkunjung ke sana seperti pondasi bangunan, tembok keliling, saluran air, struktur lantai dan juga kolam pemandian.
Lokasi Keraton Surosowan
Keraton Surosowan berlokasi di Jalan Masjid Agung Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten.
Kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Banten yang cukup diminati, khususnya bagi rombongan pelajar yang ingin mengenal lebih dekat tentang keraton tersebut.
Editor: Vien Dimyati