Fakta Menarik Kisah Desa yang Lenyap Dalam Semalam di Dieng, Dulunya Sangat Subur
JAKARTA, iNews.id - Dataran Tinggi Dieng menjadi salah satu wilayah dengan panorama indah di Indonesia. Banyak warga ibu kota memilih berlibur bahkan menetap di Dieng karena suasana yang damai dan udara yang sejuk.
Namun, Dieng juga memiliki kisah yang cukup memilukan salah satunya tentang Desa Legetang. Desa tersebut beserta penduduknya lenyap dalam semalam.
Penasaran kenapa Desa Legetang di Dieng bisa lenyap dalam semalam? Berikut ulasannya dirangkum pada Sabtu (12/11/2022).
Lenyap dalam semalam
Dusun Legetang berada di dataran tinggi Dieng, tepatnya dekat dengan kawasan Gunung Pengamun-amun. Bencana longsor terjadi pada 1955 menimbun desa tersebut hingga menewaskan seluruh penduduknya.
Bahkan, bencana itu disebut berhasil melenyapkan Desa Legetang hanya dalam semalam.
Terjadi Akibat Longsor
Lenyapnya Dusun Legetang terjadi akibat bencana longsor Gunung Pengamun-amun. Namun, bencana yang menewaskan ratusan orang ini membuat masyarakat terheran-heran. Pasalnya, Dusun Legetang dan Gunung Pengamun-amun berjarak ratusan meter. Ada pula parit pembatas antara gunung dan dusun tersebut yang bahkan tak terkena longsoran Alhasil, warga bertanya-tanya mengapa bencana longsor Gunung Pengamun-amun bisa menimbun Dusun Legetang.
Dusun yang Subur
Fakta selanjutnya ialah Dusun Legetang merupakan desa yang subur. Sebelum bencana datang, Dusun Legetang merupakan tanah yang subur dan selalu makmur dalam hal panen. Warga Dusun Legetang dulunya adalah para petani sukses dan makmur secara ekonomi. Panen mereka selalu melimpah bahkan berbeda jauh dengan wilayah lainnya.
Penduduk kurang bersyukur
Satu lagi fakta Dusun Legetang ialah para warganya yang yang tidak memiliki agama. Berkah yang diberikan untuk warga Dusun Legetang tak disyukuri masyarakat setempat. Konon, para penduduk dusun ini tidak memiliki agama. Usut punya usut, para warga dusun juga kerap membuat pesta hingga sering melakukan perzinahan. Banyak masyarakat yang justru lebih memilih melakukan hal-hal maksiat ketimbang beribadah.
Editor: Vien Dimyati