Fakta Stasiun Cirebon yang Bikin Penasaran, Ternyata Populer di Kalangan Pelaut Eropa
JAKARTA, iNews.id - Ada beberapa fakta stasiun Cirebon yang menarik dan membuat siapa saja penasaran. Ya, bagi yang suka menggunakan transportasi kereta api, tentu sudah tidak asing lagi dengan stasiun Cirebon.
Stasiun legendaris ini merupakan bangunan cagar budaya yang sudah ada sejak zaman kolonial. Siapa sangka, ternyata stasiun ini populer di kalangan pelaut Eropa.
Perlu diketahui, sejarah mengenai perkeretaapian di Indonesia telah dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang - Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele pada 17 Juni 1864. Ini adalah stasiun paling tua dan pertama di Indonesia.
Dengan bukti sejarah tersebut bermunculan jalur kereta api lainnya. Termasuk stasiun Cirebon yang sangat fenomenal.
Stasiun kereta api di Indonesia kini sudah semakin banyak dan berkembang. Tak hanya stasiun Semarang yang memiliki nilai sejarah, tetapi juga ada Stasiun Cirebon atau Stasiun Cirebon Prujakan yang memiliki sejarah panjang.
Penasaran ingin tahu apa saja fakta Stasiun Cirebon yang membuat masyarakat penasaran? Berikut ulasannya dirangkum pada Senin (9/1/2023).
1. Bangunan Stasiun Cagar Budaya
Stasiun Cirebon atau yang biasa disebut Stasiun Cirebon Prujakan (CNP) ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya sejak 2010. Stasiun ini terletak pada ketinggian 4 meter di atas permukaan laut yang berada di Jalan Kembar/jalan Nyi Mas Gandasari, Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan. Cirebon Kota Cirebon. Tak hanya itu, Stasiun Cirebon merupakan stasiun besar yang ada di Daerah Operasi III Cirebon, setelah Stasiun Cirebon dan Stasiun Jatibarang.
2. Sejarah perdagangan ekspor - impor
Stasiun ini telah dikenal pelaut Eropa sejak awal abad ke-15. Wilayah ini sudah lama menjadi kota pelabuhan penting dalam kegiatan perdagangan antar-pulau maupun ekspor impor dari luar negeri. Keberadaan Stasiun Cirebon ini dipilih dengan alasan sebagai tempat yang strategis serta sebagai pusat perkembangan ekonomi. Salah satunya, sebagai tempat produksi gula. Pada 1865 sudah ada sekitar 700 hektare tanaman tebu yang tumbuh di Cirebon.
Setelah Undang-Undang Agraria disahkan pada masa pemerintah kolonial tahun 1870, banyak pengusaha dari Eropa terutama Belanda turut menanamkan modal di bisnis pengolahan tebu di Cirebon. Bisnis gula di tangan swasta kian menggeliat ketika pada 1878, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menghapuskan sistem Tanam Paksa untuk tebu sekaligus membebaskan batasan ekspor gula ke Eropa.
Karena letaknya yang strategis, para pengusaha perkebunan menjadikan Cirebon sebagai basis gudang, kantor dagang, dan pabrik. Tidak ketinggalan sekelompok pengusaha Belanda ikut mencoba peruntungan dalam urusan jasa angkutan gula melalui perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).
3. Pembangunan jalur kereta api dimulai pada 1897
Pada 1897 sampai 1899 pembangunan jalur kereta api dari Semarang menuju Cirebon dibuat. Rute tersebut melewati beberapa pabrik gula di sepanjang Cirebon - Semarang. Salah satunya, seperti pabrik gula Soerawinangoen, Gempol, Paroengdjaja, Djatiwangie, dan Kadipaten.
4. Stasiun Cirebon dibangun pada 1897
Stasiun Cheribon SCS (Prujakan lama) dibangun pada 1897 Dalam rangka mengantisipasi jumlah orderan yang terus meningkat setiap tahun. Direksi SCS mulai mempertimbangkan perluasan stasiun untuk memisahkan pelayanan penumpang dan barang.
5. Sebagian area stasiun masih dimanfaatkan hingga kini
Sejak 2011, beberapa gudang di area Stasiun Cirebon Prujakan yang masih tersisa dimanfaatkan untuk menyimpan hasil produksi semen Holcim atas kerjasama antara PT. Holcim Indonesia Tbk dengan PT. KAI (persero). Untuk mendistribusikan semen di wilayah Cirebon dan sekitarnya, semen Holcim diangkut dengan kereta api dari pabriknya di Karangtalun Cilacap menuju Cirebon Prujakan. Stasiun Cirebon Prujakan (CNP) menjadi stasiun kereta api terbesar kedua di Daerah Operasi III Cirebon, setelah Stasiun Cirebon Kejaksan di Kotamadya Cirebon.
6. Arsitektur bangunan dipengaruhi gaya Eropa
Gaya arsitektur bangunannya adalah perpaduan dari ciri arsitektur lokal dengan pengaruh aliran seni Art Deco. Sebagaimana ciri khas bangunan batu yang berasal dari periode 1900-1920, fasad yang cukup menonjol adalah susunan simetris gedung. Apabila dilihat sekilas, siluet bangunan terdiri dari dua menara dengan atap berbentuk piramida yang mengapit bagian atas bangunan utama.
Editor: Vien Dimyati