Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Viral Open Trip ke Bantar Gebang, Biaya mulai dari Rp99.900!
Advertisement . Scroll to see content

Ide Liburan ke Bandung, Yuk Mengenal Sejarah Gedung Sate Berusia Lebih 100 Tahun

Senin, 16 Agustus 2021 - 10:13:00 WIB
Ide Liburan ke Bandung, Yuk Mengenal Sejarah Gedung Sate Berusia Lebih 100 Tahun
Mengenal sejarah Gedung Sate (Foto: Instagram@cintaindonesia)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bandung merupakan salah satu tujuan destinasi yang paling banyak dikunjungi saat akhir pekan. Ada banyak tempat di Bandung yang menarik untuk dijelajahi. 

Salah satu yang paling populer adalah Gedung Sate. Gedung ataupun tempat bekas peninggalan milik penjajah, khususnya yang dibangun oleh Belanda, selalu menyimpan sejarah dan suatu kisah tersendiri. 

Bangunan yang kini menjadi kantor dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat tersebut telah berusia lebih dari 100 tahun. Namun, tempat ini masih tampak kokoh berdiri tanpa pemugaran sama sekali.

Lalu, bagaimana sejarah dari gedung ikonik tersebut? Langsung saja simak ulasannya yang telah MNC Portal Indonesia sajikan berikut ini!

Asal-Usul Pembangunan Gedung

Gedung Sate pertama kali dibangun pada 27 Juli 1920 ditandai dengan peletakkan batu pertama yang dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Wali Kota Bandung saat itu yakni Bertus Coops dan Petronella Roelofsen, yang mewakili Gubernur Jenderal di Batavia J.P. Graaf van Limburg Stirum.

Pembangunan gedung tersebut ditujukan sebagai pusat pemerintahan, di mana saat itu Pemerintah Hindia-Belanda menetapkan Kota Bandung sebagai ibu kota pemerintahan dan hendak menggantikan Batavia (Jakarta) yang dirasa mulai tercemar. Namun, wacana tersebut tidak jadi terealisasi karena sempat terjadi krisis ekonomi usai berlangsungnya Perang Dunia pertama (PD I).

Selain gedung sate, Pemerintah Hindia Belanda juga membangun Kantor Pusat Pos, Telegraf dan Telefon (PTT), laboratorium, Museum Geologi, serta Kantor Dinas Tenaga Air dan Listrik. Proses pembangunan tersebut tuntas seluruhnya pada September 1924.

Gedung Sate dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Ir. J. Gerber dari Jawatan Gedung-Gedung Negara (landsgebouwendients), dibantu oleh tim yang terdiri dari: Kol. Genie (Purn.) V.L. Slor dari Genie Militair, Ir. E.H. De Roo dan Ir. G. Hendriks yang mewakili Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang dan Gemeentelijk Bouwbedriff (Perusahaan bangunan Kotapraja) Bandung.

Detail dan Arsitektur Bangunan

Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27ribu meter persegi dengan luas bangunan mencapai 10 ribu meter persegi yang terdiri dari 5 lantai, termasuk menara gedung.

Sang arsitek Gedung Sate yakni Ir. Gerber memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol, sedangkan untuk bangunannya terinspirasi dari arsitektur ala Renaissance Italia dan Prancis. 

Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Thailand. Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang mana hal tersebut melambangkan jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate yakni sebesar 6 juta gulden. Ornamen yang terbuat dari batu, terletak di atas pintu utama Gedung Sate, sering dikaitkan dengan candi Borobudur karena bentuknya yang serupa.

Peralihan Fungsi Gedung Sate dari Masa ke Masa

Usai selesai dibangun, Gedung Sate yang diberi nama Gouvernements Bedrijven yang dalam Bahasa Belanda berarti 'Pusat Pemerintah', Pada tahun 1930 diresmikan sebagai Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan Pemerintah Hindia-Belanda.

Sementara, selama pendudukan Jepang, Gedung Sate menjadi Pusat Pemerintahan (Shucho) Wilayah Jawa Barat dan kedudukan Komandan Militer Daerah. 

Lalu saat Indonesia merdeka, gedung kembali digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Hingga pada 1980, gedung dimanfaatkan sebagai kantor pemerintahan Jawa Barat hingga saat ini.

Keunikan dan Daya Tarik Gedung Sate

Salah satu keunikan dan daya tarik dari gedung tersebut adalah tentu saja adanya bangunan berupa tusuk sate dengan ornamen bulat sejumlah 6 buah pada bagian menara. Oleh karena itulah gedung yang dulunya bernama Gouvernements Bedrijven atau Gedung GB tersebut lantas disebut sebagai Gedung Sate.

Namun, keunikan dan daya tarik Gedung Sate tidak hanya itu saja. Seperti yang telah dijelaskan di awal, sebagai bangunan tua, Gedung Sate seakan tak lapuk dimakan usia. Hal ini terjadi karena dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar (1 × 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung Timur sekitar Arcamanik dan Gunung Manglayang.

Keindahan Gedung Sate semakin lengkap dengan adanya taman disekelilingnya yang terpelihara dengan baik, tidak heran bila taman ini diminati oleh masyarakat kota Bandung dan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Keindahan taman ini sering dijadikan lokasi kegiatan yang bernuansa kekeluargaan, lokasi shooting video klip musik baik artis lokal maupun artis nasional, lokasi foto keluarga atau foto diri bahkan foto pasangan pengantin.

Kini Gedung Sate selain menjadi gedung pemerintahan juga telah menjadi salah satu destinasi wisata favorit dan utama dari Kota Kembang, julukan Kota Bandung. 

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut