Inikah Desa Paling Istimewa di Bali? Semua Warga Komunikasi dengan Bahasa Isyarat!
JAKARTA, iNews.id - Pesona keindahan alam yang ada di Bali selalu menarik untuk dijelajahi. Namun, di balik dari keindahan alam yang dimiliki ada satu desa yang sangat istimewa.
Ya, di Pulau Dewata yang cantik ini terdapat satu desa istimewa, yakni Desa Bengkala, Buleleng. Keistimewaan dari desa itu terletak pada warga yang tinggal di sana. Banyak sekali warga dengan kondisi kolok atau bisu dan tuli. Mereka berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Isyarat.
Penasaran ingin tahu keistimewaan dari Desa Bengkala ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Kamis (1/12/2022).
Dikenal sebagai Desa Kolok
Desa Bengkala di Buleleng, Bali Utara disebut juga sebagai Desa Kolok. Sebab, di sana komunitas bisu dan tulis terbilang cukup besar. Sekitar 2 persen penduduk lahir dengan kondisi kolok (tuna rungu berbicara). Tapi meskipun begitu, tak ada diskriminasi sama sekali terhadap masyarakat kolok di Desa Bengkala.
Justru masyarakat tanpa keterbatasan bisu dan tuli sekalipun diajarkan bahasa isyarat sejak mereka kecil agar bisa saling berkomunikasi dengan komunitas kolok. Alhasil, sekitar 80 persen masyarakat di sana bisa berbahasa isyarat.
Bukan bahasa isyarat biasa
Bahasa isyarat di Desa Bengkala, Buleleng cukup berbeda. Tak seperti bahasa isyarat pada umumnya, komunitas kolok memiliki bahasa mereka sendiri. Tak sampai di situ saja, Desa Bengkala juga memiliki Sekolah Luar Biasa yang khusus mengajarkan bahasa isyarat khas desa tersebut. Siapapun yang ingin belajar bahasa isyarat Bengkala dengan senang hati diperbolehkan.
Dipercaya sebagai kutukan
Banyak warga Desa Bengkala menganggap kondisi kolok pada masyarakat di sana adalah kutukan. Tapi, berdasarkan hasil penelitian, ditemukan jenis gen yang membuat satu dari 50 bayi terlahir bisu dan tuli.
Masih kurang secara ekonomi
Bali memang menjadi daya pikat bagi wisatawan internasional sehingga kerap dianggap serba cukup dari segi ekonomi. Namun, ekonomi Desa Bengkala atau Desa Kolok masih terbilang minim. Masyarakat di sana bekerja sebagai buruh tani, berladang, beternak, penggali kubur, hingga pemasang pipa air. Beruntung, sekarang mulai ada beragam pelatihan keterampilan demi menciptakan sumber daya manusia di Desa Bengkala yang mampu menghasilkan produk bernilai ekonomi. Misalnya saja ada pelatihan pembuatan kain tenun Bengkala, batik lukis, produksi jamu, dan lain-lain.
Editor: Vien Dimyati