Inikah Pohon Keraton Paling Istimewa di Yogyakarta? Kesaktian Bisa Hilang saat Melewatinya
JAKARTA, iNews.id - Pesona Kota Yogyakarta selalu menarik untuk dikunjungi. Kota gudeg ini tidak hanya menyimpan destinasi wisata menarik untuk dijelajahi tapi juga ada adat dan budaya yang masih kental.
Adapun yang masih berkembang di Yogyakarta adalah mengenai mitos Pohon Beringin Kembar. Mitos yang berkembang tentang pohon beringin kembar di Yogyakarta hingga kini masih diyakini oleh sebagian besar masyarakat atau pengunjung yang datang ke Alun-Alun Kidul.
Memang benar, ke Yogyakarta selain mencoba Gudeg, tak lengkap rasanya jika melewatkan pergi ke Alun-Alun Kidul, Keraton, Yogyakarta. Tapi sebelum mengunjungi Alun-Alun Kidul, ada baiknya Anda mengenal asal usul dan sejarah mengenai Pohon Beringin Kembar ini.
Lantas, apa saja keunikan dari Pohon Beringin Kembar yang ada di Alun-Alun Kidul Yogyakarta? Berikut ulasannya dirangkum pada Kamis (20/10/2022).
Tradisi Masangin
Tradisi Masangin cukup populer bagi masyarakat di Yogyakarta. Sebab, tradisi ini sudah ada sejak zaman kesultanan Yogyakarta saat masih berjaya. Awalnya Masangin dilakukan saat tradisi Topo Bisu dilakukan oleh prajurit keraton yaitu pada malam satu suro.
Dalam tradisi ini, jika seseorang dengan mata tertutup berjalan melewati kedua beringin tanpa salah arah, diyakini keinginan atau hajatnya akan terkabul. Dalam prosesinya, para prajurit akan memulai ritualnya dari halaman keraton, menuju pelataran alun-alun lalu melewati kedua beringin kembar tersebut tanpa mengucap satu kata. Hal ini yang kemudian diyakini untuk mencari berkah dan perlindungan dari serangan musuh.
Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta
Alun-Alun Kidul Yogyakarta disebut juga Alun-Alun Pangkeran, dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I, pada 1755-1792. Dahulu alun-alun ini berfungsi sebagai tempat dilakukannya beragam aktivitas Keraton Yogyakarta.
Alun-Alun Kidul Yogyakarta memiliki kawasan yang sangat luas. Dahulu tempat ini juga dijadikan tempat berlatih para prajurit keraton. Mereka akan melatih konsentrasi dengan berjalan di antara dua beringin kembar dalam mata tertutup.
Pohon Kerajaan
Keraton Yogyakarta, hingga kini masih mempertahankan sejumlah aset utama Alun-Alun kidul seperti pohon beringin, pohon kweni, pohon pakel hingga pohon gayam. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, deretan pepohonan tersebut melambangkan keamanan, ketentraman, dan keteduhan. Selain itu, pohon beringin memiliki posisi istimewa bagi Kesultanan Yogyakarta. Sebagai tanaman kerajaan, pohon beringin yang besar dan rimbun melambangkan pengayoman raja kepada rakyatnya atau dianggap menimbulkan rasa gentar dan hormat.
Dalam Kesultanan Yogyakarta, pohon beringin termasuk dalam barang yang dipindahkan pada proses perpindahan keraton Mataram dari Kartasura menuju Surakarta, dan ditanam kembali di ibu kota baru. Bahkan, pada masyarakat Jawa masa lalu dikenal frasa "neres ringin kurung" yang secara harafiah berarti "menguliti kulit pohon beringin kurung" dan dimaknai sebagai "memberontak terhadap kekuasaan raja".
Penghormatan terhadap pohon beringin pun, sudah ada sejak masa Mataram Islam, yaitu kerajaan yang jadi cikal bakal Kesultanan Yogyakarta. Dua beringin yang tumbuh di alun-alun selatan ini dinamakan Supit Urang, selain kedua beringin di tengah, terdapat sepasang beringin lain yang mengapit jalan menuju Plengkung Nirbaya yang disebut Kiai Wok, dan satu lagi beringin di Alun-Alun Selatan, tumbuh di depan kandang gajah.
Pintu Gerbang Laut Selatan
Ada banyak mitos yang berkembang di Yogyakarta dari Pohon Beringin Kembar ini. Salah satunya, pohon ini merupakan pintu gerbang laut selatan. Alun-Alun Kidul disebut memiliki hubungan dengan laut selatan atau segoro kidul. Kepercayaan mitos ini berkembang pada zaman HB VI.
Dalam kepercayaan masyarakat, Keraton Yogyakarta memiliki 'hubungan' spesial dengan Nyi Roro Kidul, penguasa laut selatan. Makanya, banyak yang meyakini dahulu orang-orang yang akan berbuat jahat ke Keraton Yogyakarta akan kehilangan kesaktiannya setelah melewati kedua beringin kembar tersebut.
Pohon Beringin Kembar jadi tempat wisata
Tradisi masangin yang dilakukan oleh prajurit keraton kini menjadi daya tarik bagi wisatawan. Wisatawan yang datang ke alun-alun kerap mencoba melakukan ritual tersebut. Banyak wisatawan heran ketika mencoba melewati Pohon Beringin Kembar ini selalu saja gagal.
Berada di Alun-Alun Kidul saat malam hari, wisatawan dapat menikmati suasana malam ala Yogyakarta. Anda bisa bersantai atau kulineran di sepanjang Alun-Alun Kidul. Tempat wisata ini juga menyajikan hiburan seperti odong-odong, sepeda, mobil kayuh, dan permainan lainnya.
Lokasi Beringin Kembar
Beringin Kembar terletak di Alun-Alun kidul, lokasinya tidak jauh dari keraton. Tepatnya berada di Jalan Alun-Alun Kidul, Patehan, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Keraton, Anda ke arah selatan yang nanti akan melihat Plengkung Gading yang merupakan gerbang masuk Alun-Alun Kidul.
Alun-alun ini paling ramai dikunjungi saat malam hari. Jam operasional Alun-Alun Kidul Yogyakarta dibuka setiap Senin hingga Minggu selama 24 jam. Adapun tiket masuk Alun-Alun Kidul ini gratis. Anda hanya perlu mengeluarkan uang untuk membayar tiket parkir saja yakni sebesar Rp2.000 untuk motor, dan Rp5.000 untuk mobil.
Editor: Vien Dimyati